Mohon tunggu...
Vadlan Labulango
Vadlan Labulango Mohon Tunggu... Desainer - Mahasiswa

Kalau sudah jadi orang jangan lupa orang-orang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Story Success Teman LGBTQ

20 September 2022   07:47 Diperbarui: 20 September 2022   08:00 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sisi pertemanan, ketika teman-temannya tau ia termasuk kelompok LGBT, ada beberapa yang masih ragu-ragu untuk berteman dengannya. Tapi ada beberapabahkan lebih banyak yang mau menerima berteman dengannya.

Oping ingin sekali coming out kepada keluarga, teman dan lainnya. Ingin coming out agar dirinya lebih leluasa dalam bersosial dan tidak sembunyi-sembunyi dengan identitas dirinya. Tapi ketika ia mempertimbangkannya lagi, hal itu tidak terlalu penting dan yang penting baginya sekarang bisa menerima dirinya dengan rasa nyaman.

"Memang ada suka coming out, ke keluarga, teman dan lainnya. Cuma kita rasa itu tidak terlalu penting, asal bagaimana kita so coming in kan diri," ungkap Oping.

Saat sekolah dirinya harus melawan apa yang ia sukai. Seharusnya ia ingin memakai pakaian lelaki, itu kemudian dibatasi dengan aturan sekolah, di mana perempuan harus memakai rok dan laki-laki harus memakai celana. Dengan penuh rasa keterpaksaan, ia mengikuti aturan sekolah. Ia harus menyesuaikan dengan aturan tersebut dan memakai rok ketika sekolah.

Walaupun Oping telah menyadari dirinya mempunyai ketertarikan pada lawan jenis sudah dari SD, tapi dirinya baru memberanikan diri menjalani hubungan pertama kali dengan seorang perempuan sejak duduk di bangku kelas tiga SMA. Di waktu itu, hubungannya diketahui oleh orang tua dari pasangannya. 

Merek kemudian dilaporkan pada pihak sekolah dan Oping dipanggil ke ruangan Bimbingan Konseling (BK). Nasehat guru BK ini yang kemudian menyudutkan Oping sebagai transman, padahal guru BK ini adalah wali kelasnya.

"Nasihat BK pun menyalahkan kita, padahal kita pe wali kelas sendiri. Guru BK bilang begini, 'kyapa so musti bagitu, kyapa ngoni dua sampe bagitu dang'. Kita di situ cuma ba diam. Dia kase nasehat, tapi menyudutkan sekali pa kita," kenang Oping.

Semenjak kejadian itu, ia dan pasangannya mendapat larangan dari guru, orang tua pasangannya, dan kaka kandungnya. Mereka diminta untuk tidak lagi bertemu, saling kontak, apalagi menjalani hubungan percintaan.

Karena banyak larangan, sampai pada suatu ketika pasangannya mengajak keluar dari rumah mereka dan pergi ke kos teman pasangannya. Itu terjadi saat Oping belum lama tamat SMA. Tanpa berpikir panjang lebar, ia pun mengikuti ajakan pasangannya.

Pada akhirnya mereka ketahuan oleh orang tua pasangannya. Oping mendapat tuduhan membawa lari anak orang. Dilaporkan ke pihak polisi, polisi menemukan mereka di kos-kosan area Kembang, Manado. Kemudian mereka mendapat penanganan. Karena masih tergolong anak di bawah umur jadi tidak ada sanksi baginya.

Semenjak kejadian itu Oping merasa tertekan dan frustasi. Psikisnya terganggu sampai membuat dirinya stres, tidak tau mau berbuat apa saat itu. Terjadi penolakan dari semua pihak. Mulai keluarga selain ibunya, teman-temannya, ditambah lagi sahabat-sahabatnya mulai menjauhi dirinya ketika mengetahui kejadian itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun