Mendengar jawaban Bu Risma sebenarnya tidak ada masalah atau halangan politik, saya langsung saja masuk ke bahasan yang lebih sensisif, yakni donatur Pilkada. "Dalam Pilkada itu biasanya ada donatur kampanye, nah apakah ada keputusan yang mengganggu selama ini?"
Bu Risma nampak agak kurang nyaman dengan pertanyaan tersebut, namun tetap menjawab bahwa selama ini tidak ada seperti itu. Termasuk pertanyaan apakah ada mahar politik, fee dan sebagainya. Semua dijawab bahwa selama ini partai politik yang mengusungnya sama sekali tidak menagih mahar atau yang lain-lain.
Di tengah-tengah penjelasannya, Bu Risma tiba-tiba berhenti "Mas ga suka sama saya?" Tanyanya ke arah seseorang yang tadi sempat memotong pembicaraan. Dia terus meremas botol air mineral dan ngedumel dengan temannya di sebelah, di luar tempat duduk formasi melingkar.
"Saya hanya mengingatkan dan mewanti-wanti agar pertemuan ini tidak bermuatan politis sehingga merusak nama baik blogger. Kita mau silaturrahim"
Saya yang melihat Bu Risma nampak semakin tidak nyaman dan merasa takut dimanfaatkan sehigga membuat konflik politik, sayapun mengangkat tangan. Setelah melihat sinyal 'dipersilahkan' saya langsung jelaskan.
"Saya di sini datang bukan sebagai anggota parpol manapun dan bukan simpatisan siapapun. Saya bertanya karena ingin tau apa yang perlu diperbaiki di negara ini. Saya tidak meminta Bu Risma frontal dan menyerang pihak lain. Mohon maaf kalau teman-teman yang hadir di sini tidak sepakat dengan saya, tapi jujur saya sangat ingin tau apa yang sebenarnya sangat perlu diperbaiki dari sistem negara ini sehingga pemerintah nampak berjalan lambat? Dan menurut saya masyarakat perlu tau soal ini. Kalaupun nanti Bu Risma menyebutkan detail, saya tetap akan menjaga nama Bu Risma agar tidak terjadi konflik politik yang merugikan Ibu. Pasti saya tulis dengan cara berputar."
Barulah setelah itu Bu Risma jadi sedikit lebih cair dan tidak terlalu tegang. "Banyak hal Mas, tapi orang kayak sampean ini kalau mau memperbaiki ya harus masuk sistem, jadi anggota DPR." Jawabnya yang membuat riuh teman-teman dengan tepuk tangan.
Dalam keadaan seperti itu, saya memanfaatkan momentum. "Ya mungkin itu jangka panjang ya Bu," teman-teman tertawa "tapi yang bisa saya lakukan saat ini adalah memberi informasi yang jelas tentang kondisi negara ini."
Pernyataan saya memang hanya formalitas sebab Bu Risma sudah menjawab bahwa ada batasan kewenangan dan fungsi, harus ikut sistem dan aturan perizinan yang ada di tingkat provinsi dan nasional.
Dalam kondisi yang lumayan cair, Bu Risma akhirnya bercerita bahwa dirinya tidak memikirkan politik dan kekuasaan. "Saya turun ya turun Mas, makanya ini bingung mau ngapain ga ada uang. Ya udah jualan kaos lah. Ada yang satu kaos harganya 1 juta, itu ada tanda tangan saya. Ada yang 250 ribu, dapat gelang. Ada juga yang 60 ribu cuma gulungan gini" ucapnya sambil memegang kaos warna merah bertuliskan SURA BAYA format menurun.
"Itu yang 60 ribu ada tanda tangannya juga Bu?"