Mohon tunggu...
Roeslan Hasyim
Roeslan Hasyim Mohon Tunggu... Editor - Cerpen Mingguan

Penyiar Radio Mahardhika Bondowoso, Pengajar Prodi PSPTV dan Perfilman SMKN 1 Bondowoso

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perjumpaan yang Tak Seharusnya

20 Desember 2020   07:15 Diperbarui: 20 Desember 2020   07:44 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Tapi, tak apa kan jika aku duduk disini, menghabiskan malam bersamamu?”

Mendengar pertanyaan tersebut, tentu terasa aneh bagiku. Kala seseorang yang tak aku kenal tiba-tiba meminta sesuatu yang tak biasa bagiku. Berada dalam satu kamar, ya meskipun kamar tempat menginapku juga bisa disebut rumah. Tapi terasa benar-benar aneh saja. Aku tak tahu harus berkata apa, menjawabnya dengan cara apa. Aku hanya diam saja, bukan memikirkan jawaban apa yang harus aku katakan padanya, tapi aku sibuk mencari tahu siapakah gerangan wanita ini.

“Ah, sudahlah tak usah menjawab pertanyaanku tadi. Dan tak usah memikirkan hal yang aneh – aneh. Aku disini, hanya butuh teman ngobrol sepanjang malam saja mas.” serunya.

***

Aku sebenarnya tak suka jika ada yang menyentuh buku itu, apalagi sampai membaca setiap tulisan yang ada pada tiap lembaran buku yang aku sebut ‘Buku Kehidupan’ itu. Entah mengapa, kali ini sungguh sangat berbeda. Aku tak mengenalnya, tapi justru aku merasa dekat denganya. Bahkan, secercah niat pun tak pernah muncul dalam benak sanubari untuk mengambil buku kehidupanku dari tangan wanita yang tak ku kenal itu.

 “Kamu ingat nggak, dulu kita sebenarnya pernah berjumpa loh?” sela wanita itu ditengah kami sedang membisu.

Aku diam saja membaca cerpen online dari sebuah media.

“Kita dulu pernah saling tatap loh mas. Waktu itu di dermaga dekat musholla, di pantai yang sering dijamah banyak orang.” Serunya

Aku tetap diam saja, tak menanggapinya. Tapi aku juga tak bisa menyuruhnya pergi. Entah apa karena memang aku dan dia ada keterikatan hati atau mungkin karena aku juga butuh teman bicara. Entahlah! Karena diriku kali ini tak seperti biasanya.

“Mas, coba diingat-ingat. Waktu itu mas duduk di teras musholla tepi pantai. Mas duduk memandangku yang sedang asik bermain di dermaga.” serunya padaku seakan ia benar-benar akrab.

Sejenak terlintas dalam pikiranku apa yang dia katakan memang benar. Tapi apa iya, dia adalah orang yang sama. Orang yang membuatku membujang sampai diusia yang seharusnya sudah memikirkan tentang masa depan anak-anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun