Mohon tunggu...
AL ARUDI
AL ARUDI Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Lebih baik menghasilkan tulisan yang buruk, daripada tidak menulis apa-apa.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ingin Lari dari Kebisingan

31 Juli 2024   20:42 Diperbarui: 2 Agustus 2024   14:17 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Terserah Abang lah, kalau begitu! Tapi jika Abang beli rumah di tengah hutan, aku tidak akan ikut!" tegas Juwita. Dia tak mau lagi berdebat dengan Amron.

Mendengar pernyataan istrinya itu, Amron sadar sekarang dia sudah pensiun sebagai pegawai negeri. Uang pensiunnya tentu tidak cukup untuk membeli rumah baru. Jika dia mengumpul uang pensiunnya untuk beli rumah, entah kapan dia bisa terbeli dengan rumah baru.

Amron berusaha ke sana ke mari menawar rumahnya kepada orang yang dia kenal, tapi sayang tidak ada yang mau membeli. Amron juga sudah menjual rumahnya lewat media sosial dan online. Dia memasang fhoto rumahnya di media itu, tapi tak ada yang menanggapi. Kebanyakan mereka yang ditawari Amron juga tidak tahan dengan lingkungan yang bising. Mereka sama seperti Amron, suka dengan suasana yang tenang.

Amron jadi bingung memikirkan bagaimana cara supaya dia bisa menjauh dari kebisingan di sekitar rumahnya.

Suatu malam Amron bermimpi dalam tidurnya. Dia sedang berada di halaman depan rumahnya. Di sekitar rumahnya dipenuhi oleh pohon-pohon rindang dan menghijau. Dia menarik nafas dengan lega. Tubuhnya terasa sejuk. Dia tak mendengar suara apapun, selain suara burung-burung yang bertengger di pohon. Dia merasa tubuhnya sehat seperti muda lagi.

Setelah Amron tersentak dari mimpinya, Amron duduk terbengong-bengong di bibir tempat tidur. Amron mengucek-ngucek matanya. Dia yakin yang terjadi barusan hanya sebuah mimpi. Dia merenungi mimpinya itu. Dia tersenyum menyeringai. Dia rasa mimpinya tadi bisa diwujudkan dalam kehidupan nyata.  Dia akan mencoba menanam pohon-pohon di depan rumahnya.

"Dek, Abang mau menanam pohon buah-buahan di depan rumah kita!" kata Amron kepada Juwita, ketika mereka sedang sarapan pagi di meja makan.

Juwita menatap suaminya dengan wajah datar. Dia manggut-manggut membalas ucapan Amron. Juwita setuju, tapi tidak terlalu sungguh-sungguh.

Melihat istrinya seperti itu, Amron anggap istrinya menyetujui usulnya itu.

Usai sarapan, Amron segera pergi ke toko yang menjual aneka bibit tanaman buah-buahan. Amron membeli tiga macam bibit buah-buahan. Amron membeli bibit mangga, lengkeng dan rambutan. Pikir Amron, ketiga jenis tanaman itu mudah tumbuh di tanah pekarangan rumahnya. Amron menanam bibit pohon-pohon itu di setiap sudut rumahnya.

Amron sangat rajin memelihara dan merawat pohon-pohon itu. Dia selalu menyiram dan memupuk tanaman-tanaman itu secara teratur. Setiap hari selalu dipantaunya pertumbuhan tanaman-tanaman itu. Seiring dengan berjalannya waktu, tanaman-tanaman itu terus tumbuh subur dan akhirnya berbuah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun