Mohon tunggu...
AL ARUDI
AL ARUDI Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Lebih baik menghasilkan tulisan yang buruk, daripada tidak menulis apa-apa.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bik Anyun Penjual Keripik Singkong

30 Juli 2024   20:21 Diperbarui: 2 Agustus 2024   14:41 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi wanita tua penjual keripik singkong (Gambar oleh congerdesign dari Pixabay)

Namun, Wiwin meragukan gagasan itu. Dia berpikir, apa yang bisa dilakukan Ibu di rumah mereka yang megah?

Namun, setelah beberapa kali berdiskusi, mereka setuju untuk mengundang Bik Anyun ke rumah.

Hari itu tiba. Ketika Bik Anyun datang, rumah megah itu terlihat asing baginya. Saat melangkah masuk, berbagai barang mahal dan lampu kristal seolah menyilaukan matanya. Namun, dia berusaha tersenyum. Bik Anyun merasa canggung memasuki rumah mewah itu. Kaki tuanya yang sudah keriput gemetar menapaki lantai keramik bergaya Eropa. “Wow, cantik sekali!” seru Bik Anyun tulus.

Wiwin dan Yuni berusaha memperlakukan ibu mereka dengan baik, tetapi percakapan mereka lebih banyak berputar pada kegiatan mereka yang sibuk mencari uang. Bik Anyun merasa seperti tamu di rumah anaknya sendiri.

Akhirnya, setelah beberapa jam, Bik Anyun meminta izin untuk pulang. “Ibu masih ada yang harus dikerjakan di warung.” jelas Bik Anyun dengan wajah menyimpan kekecewaan.

"Iya,Bu!" jawab Wiwin dan Yuni hampir berbarengan dengan nada datar. Mereka tidak bangkit dari tempat duduknya. Mereka hanya membiarkan Bik Anyun melangkah sendiri ke luar.

Bik Anyun pulang dengan menumpang angkot. Tidak ada basa-basi sedikit pun kedua putrinya untuk mengantarnya pulang. Padahal ada dua buah mobil bagus yang menganggur di garasi rumah anaknya itu.

Namun Bik Anyun ikhlas dengan perlakuan kedua putrinya. Pikir Bik Anyun kedua putrinya sedang sibuk. Sebab sedari tadi Wiwin dan Yuni hanya bicara soal bisnis mereka.

Dalam perjalanan pulang, dia merenung. Dia mulai menyadari bahwa harta dan kemewahan yang dimiliki anak-anaknya tidak membatasi hubungan mereka.  Sebab kedua putrinya itu masih menerima kedatangannya, walaupun mereka acuh. Dia rindu saat-saat ketika mereka duduk bersama, menikmati keripik singkong, dan berbagi tawa.

Setiba di rumah Bik Anyun berpikir. Dia mencari cara bagaimana untuk mengukur rasa sayang kedua putrinya itu kepadanya. Terlintas di kepala wanita tua itu untuk berpura-pura sakit. Dia ingin mengabarkan kepada kedua putrinya itu, bahwa dia sakit.
Tapi, "Akh, bagaimana nanti kalau aku sakit  beneran?" gumam Bik Anyun. Akhirnya dibatalkannya rencana itu. 

Tiba-tiba bibir keriputnya senyum sumringah. Sebuah cara melintas di kepala Bik Anyun. Dia yakin cara itu akan membuat kedua putrinya akan datang kembali menemuinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun