Mohon tunggu...
AL ARUDI
AL ARUDI Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Lebih baik menghasilkan tulisan yang buruk, daripada tidak menulis apa-apa.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bik Anyun Penjual Keripik Singkong

30 Juli 2024   20:21 Diperbarui: 2 Agustus 2024   14:41 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi wanita tua penjual keripik singkong (Gambar oleh congerdesign dari Pixabay)

Yuni mendekati warung. Dia mengabaikan Wiwin yang asyik dengan ponsel-nya. Ketika dia memegang sebungkus keripik singkong yang masih hangat, dia melihat sosok wanita tua di balik meja. Matanya terbelalak, mengenali wajah yang sudah lama tidak dia lihat.

“Ibu!” seru Yuni, terkejut sekaligus bingung.

Bik Anyun menoleh, dan seolah tak percaya, kedua mata tuanya membesar. Yuni? Anakku?” suaranya bergetar. Wajahnya yang sudah berkedut senyum sumringah. 

Sejenak, kebahagiaan melingkupi mereka, namun kebahagiaan itu tersisih oleh rasa canggung. 

Wiwin yang masih asyik dengan ponselnya pun ikut melirik. Dia pun teringat, sering sekali ibunya mengajak mereka berkunjung, tetapi mereka selalu beralasan sibuk.

“Ya ampun, Ibu. Sudah lama sekali kita tidak bertemu,” Yuni mengucapkan kata-kata tersebut dengan sedikit rasa bersalah.

Bik Anyun tersenyum morat-marit, namun hatinya berbunga-bunga. Dia tak pernah merasa benci dengan kedua anaknya itu. Kedatangan kedua anaknya merupakan obat penawar rindu baginya. Benarlah kata pepatah: Kasih ibu sepanjang masa, kasih anak sepanjang galah. “Ibu tidak apa-apa, Nak. Yang penting kalian baik-baik saja.” ujar Bik Anyun tersenyum. 

Namun, Wiwin tidak terlalu tertarik dan segera kembali ke ponselnya. “Yuni, ayolah kita ambil foto untuk diunggah. Ibu, terima kasih ya untuk keripiknya!” seru Wiwin, sambil memposisikan kamera.

Kejadian ini tidak luput dari perhatian Bik Anyun. Dia merasakan betapa anak-anaknya terpisah dari kehidupannya. Senyumnya tak lagi tulus; ada getir yang dijamin di balik setiap keripik yang dia goreng. Alih-alih berbincang dan berbagi cerita, Wiwin dan Yuni lebih memilih mengabadikan momen untuk media sosial.

Setelah beberapa hari di pantai, Wiwin dan Yuni kembali ke kehidupan mereka yang sibuk. Bik Anyun kembali melanjutkan rutinitasnya, tetap menjajakan keripik singkong di tepi pantai, berharap suatu hari anak-anaknya akan mengingatnya bukan hanya sebagai penjual keripik, tetapi juga sebagai ibu mereka.
***
Waktu berlalu, dan suatu hari , Wiwin mendapatkan sebuah pesan di ponselnya. Sebuah foto dari Yuni mengingatkan mereka tentang liburan di pantai beberapa waktu yang lalu. Pada foto itu, tampak Bik Anyun tersenyum di samping mereka, dengan keripik singkong di tangan.

“Coba, kita ajak Ibu ke rumah kita!” saran Yuni. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun