"Apa lagi?"
"Cuma ini..."
"Hehehe..."
"Kenapa kamu?"
"Kenapa Mbak tidak melihat bagian lain yang berwarna putih pada kertas itu, yang warnanya mendominasi dari hanya satu titik hitam ini?"
"Uhmmm...,"teman saya tampak berpikir mencari jawaban.
"Seperti itu pula masalah yang Mbak hadapi sekarang. Mbak hanya melihat satu noda hitam dan hanya fokus pada noda itu. Dan tak lagi melihat sisi putih yang mendominasi kertas ini, yakni keceriaan Mbak, ketabahan Mbak...yang semuanya tiba-tiba sirna hanya karena satu titik hitam ini."
Teman saya tampak termenung, menatap kertas itu seakan tak berujung.
"Sesungghnya banyak hal baik yang terlewat disaat indera dipaksa mati, terlalu manis untuk membusuk dan menjadi bangkai Mbak...Saya yakin Mbak mampu melakukan hal yang terbaik saat ini, namun...prestasi yang seharusnya ada terpaksa membusuk dan menjadi bangkai disaat Mbak hanya melewati hari-hari dengan perasaan pesimis. Mbak sosok wanita yang istiqomah dimata saya, Mbak ngga sendirian karena selalu ada Allah di dekat Mbk, ini adalah ujian yang Allah berikan untuk menaikkan derajat ketaqwaan Mbak..."
Teman saya tertunduk dengan mata yang berkaca-kaca. Ia mengangguk paham.
"Syukran ya Ukhti...,"tukasnya tersenyum optimis.