Perilaku korup bisa terjadi karena dorongan keluarga. Peneliti perilaku berpendapat bahwa lingkungan keluargalah yang sangat mendorong seseorang untuk melakukan korupsi, sehingga mempengaruhi kualitas manusia yang menjadi ciri kepribadian. Dalam hal ini, lingkungan memberikan dorongan, bukan hukuman, ketika mereka menyalahgunakan kekuasaannya.
Sedangkan faktor eksternal dapat dikaitkan dengan beberapa aspek seperti :
Aspek sikap masyarakat terhadap korupsiSecara umum manajemen selalu menutup-nutupi praktik korupsi yang dilakukan oleh segelintir individu dalam organisasi. Karena sifatnya yang tertutup ini, pelanggaran korupsi terus terjadi dalam berbagai bentuk. Oleh karena itu, sikap masyarakat dapat mendukung terjadinya praktik korupsi karena alasan berikut :
* Nilai-nilai sosial menciptakan kondisi terjadinya korupsi. Korupsi bisa disebabkan oleh sosial budaya. Misalnya masyarakat menghormati seseorang karena kekayaan yang dimilikinya. Sikap ini seringkali membuat masyarakat tidak kritis terhadap kondisi, seperti di mana kekayaan diperoleh.
* Masyarakat kurang menyadari bahwa korban utama korupsi adalah diri mereka sendiri. Pandangan umum masyarakat terhadap kasus korupsi adalah negara yang paling dirugikan. Padahal, kalau negara rugi, rakyat juga yang paling dirugikan, karena proses anggaran pembangunan bisa terpotong karena korupsi.
* Masyarakat kurang sadar akan keterlibatannya dalam korupsi. Setiap tindakan korupsi mau tidak mau melibatkan anggota masyarakat. Masyarakat kurang menyadarinya. Faktanya, masyarakat sering kali terbiasa terang-terangan ikut serta dalam kegiatan korupsi setiap hari, namun tidak menyadarinya.
* Masyarakat kurang menyadari bahwa korupsi dapat dicegah dan dihilangkan jika mereka berpartisipasi aktif dalam program pencegahan dan pemberantasan korupsi. Masyarakat secara umum berpandangan bahwa permasalahan korupsi adalah tanggung jawab pemerintah semata. Masyarakat kurang menyadari bahwa korupsi hanya bisa dihilangkan jika masyarakat bekerja sama.
Aspek ekonomi . Pendapatan yang didapat dirasa tidak mencukupi kebutuhan . Semasa hidup seseorang, tidak menutup kemungkinan seseorang akan terjerumus dalam keadaan darurat ekonomi. Keadaan darurat ini membuka kemungkinan bagi seseorang untuk mengambil jalan pintas, termasuk melakukan tindakan korupsi.
Aspek Politis. Kontrol sosial merupakan suatu proses yang dilakukan untuk mempengaruhi masyarakat agar berperilaku sesuai dengan harapan sosial. Kontrol sosial ini dilakukan dengan menggerakkan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan penggunaan kekuasaan negara sebagai suatu badan yang terorganisir secara politik, melalui lembaga-lembaga yang didirikannya. Dengan demikian, ketidakstabilan politik, kepentingan politik, serta perolehan dan mempertahankan kekuasaan semuanya berpotensi menimbulkan perilaku korupsi.
Aspek Organisasi. Pada aspek organisasi ini terbagi menjadi beberapa bagian seperti :
* Kurangnya sikap kepemimpinan yang patut diteladani. Posisi seorang pemimpin dalam organisasi formal maupun informal mempunyai pengaruh penting terhadap bawahannya. Jika seorang pemimpin gagal memberikan contoh yang baik kepada bawahannya, misalnya dengan melakukan korupsi, maka besar kemungkinan bawahannya akan mengambil kesempatan yang sama dengan atasannya.