Pegangannya terbuat dari bahan plastik, kaku, dan memang sudah diseimbangkan. Dengan adanya pegangan itu tak perlu ada cincin yang diselipkan ke jari. Ini hanya perlu dipegang dari ujung, kemudian digerakkan, dua bola itu otomatis saling bersentuhan.
Tek-tok-tek-tok-tek-tok-tek-tok
Dimas terus mencobanya, saking bahagia. Anak itu meloncat-loncat kegirangan.
Sesuatu terjadi pada Dimas. Sekarang, ia berada di tempat lain. Lapangan sepak bola yang luas, di sekelilingnya ditumbuhi banyak pohon yang rimbun.
"Ini di mana? Tadi 'kan, di gudang Ayah. Ayah, Mbak Mira, Dimas takut. Tolongin Dimas, Yah." Dimas menangis, dan masih memegang mainan latto-latto itu.
Karena takut, Dimas melemparkan mainan itu jauh-jauh.Â
Tak ...
"Hei, siapa yang melempar sembarangan mainan ini?"Â
Ada tiga anak laki-laki yang usianya sekitar sepuluh tahun hendak bermain di lapangan. Bernama Agus, Salim dan Sin.
"Sin, kamu dengar suara tangis anak kecil?" tanya Salim.
Sin dan Agus mengiyakan. Mereka mencari suara tangis anak kecil itu. Di bawah pohon mangga Dimas duduk di bangku reyot.