Kalau seperti ini terus Mirna harus mengambil sikap. Mirna sebagai wali kelasnya ingin mencari tahu alasan Mia, mengapa sering datang terlambat? Sang guru ingin mengajarkan kedisiplinan kepadanya. Agar bisa datang lebih awal seperti teman yang lainnya.
Rencananya saat weekend, Mirna akan berkunjung ke rumahnya. Menemui Mia untuk berbicara dari hati ke hati.
Perjalanan ke rumah Mia, mengalami kendala. Jalan yang dilalui menanjak naik-turun. Bahkan sepeda motor tidak dapat melewatinya. Sang guru berjalan kaki, naik ke puncak menuju sebuah pedesaan.
Jarak rumah Mia ke sekolah lumayan jauh. Bisa saja alasan ini yang membuat muridnya sering datang terlambat. Pikir Mirna.
Di gubuk yang kecil, dengan pagar bambu. Ada seorang nenek yang tengah menumbuk padi. Mirna bertanya, "Benar ini rumah Mia, Nek. Saya wali kelasnya Mia, Nek." Sambil memperkenalkan diri.
Nenek itu pun menjawab, "Oh, Ibu gurunya Mia, toh. Mia sedang pergi ke warung sebentar Bu guru. Mungkin sebentar lagi pulang. Ada apa mencari Mia, Bu. Silahkan duduk dulu."
Mirna duduk di sebuah kursi kayu, yang tampak reot. Memandangi Nenek Mia yang sibuk dengan aktivitasnya. Lalu, mengatakan kepada neneknya. Mia sering datang terlambat sekolah.Â
Neneknya berkata, " Mia itu sebelum berangkat nyapu rumah, cuci piring, dan cuci baju dulu. Bu. Maklum kalau terlambat. Mia anak yang penurut. Dia tidak mau neneknya kecapaian. Begitu, Bu."
Mirna mencerna setiap ucapan Nenek Mia. Masa tuanya masih bekerja, membesarkan Mia seorang diri.Â
"Orang tua Mia kemana, Nek?"
Jeda