"Bu, maaf. Mia datang terlambat." Mia menyalami wali kelasnya, Murni.Â
Sang guru lekas menegur, "Kamu terlambat satu jam, Mia. Lain kali jangan seperti ini lagi." Mia disuruh duduk ke tempatnya.
Rambut Mia yang dikuncir kuda tampak berantakan, keningnya mengucurkan keringat. Diusapnya dengan lengan baju kanannya. Mirna menggeleng. Dan, melanjutkan pelajaran lagi yang sempat tertunda oleh keterlambatan muridnya.
...
Esok harinya, Mirna kembali mengajar di ruangan kelas II. Masih sama jam pelajaran pertama, dalam waktu tiga hari berturut-turut.
Yang terjadi masih sama. Mia muridnya melakukan kesalahan kemarin. Anak itu tampak lelah seperti habis mengejar waktu, untuk bisa datang lebih awal.
Kali ini, Mirna menghukum muridnya dengan berdiri di depan papan tulis selama 15 menit. Dengan memegang kedua telinganya. Murid-murid yang lain menahan tawa.Â
Sang guru menegur, "Jika ada yang tertawa akan berdiri bersama Mia." Kelas kembali hening.
Pelajaran pun dilanjutkan kembali.
...
Ternyata keterlambatan Mia, sudah menjadi kebiasaan. Bahkan guru-guru lain sudah banyak yang tahu. Mia sering dihukum, terkadang disuruh keluar kelas untuk tidak mengikuti pelajaran.