Mia muncul dari balik pohon yang menjulang tinggi menutupi jalan rumahnya. Membawa makanan untuk neneknya.
"Bu Mirna?"
..
Setelah mendengar cerita dari Nenek Mia, Sang guru sengaja menunggunya di perempatan jalan. Menunggu Mia untuk berangkat sekolah bersamanya.
Menunggu hampir setengah jam, Mia belum tampak batang hidungnya. Sang guru hampir menyerah. Mungkin muridnya lewat jalan lain. Tapi, entah di jalan mana lagi yang lebih strategis selain di sini.Â
Tak menyangka muncul muridnya tengah mendorong gerobak sayur bersama sang nenek, berjalan ke arah lain. Bukan menuju tempat perhentian angkutan umum. Mirna mengikuti dari arah belakang.
Gerobak sayuran menuju ke sebuah desa yang lebih ramai para emak-emak berkumpul. Mia meninggalkan neneknya sendiri di sana, menawarkan dagangannya.
"Mia!" Sang guru memanggil.
"Kok Bu Mirna ada di sini."
"Ayo naik berangkat sama, Ibu." Ujar Sang guru.
Mia tersenyum, Mirna membalas senyum muridnya. Ternyata apa yang telah ia ajarkan padanya, sudah dilakukan oleh muridnya itu. Terharu. Seorang Mia yang sering dihukum karena sering datang terlambat. Dibalik semua itu, anak ini benar-benar memiliki kepribadian yang baik. Sikap tolong-menolong, dan hidup rukun bersama neneknya. Meski sebuah tanya dalam pikiran sang guru bergelayut, Kenapa Mia tidak tinggal bersama kedua orangtuanya saja? Mengapa harus memilih tinggal bersama neneknya?