Mohon tunggu...
Aksara Sulastri
Aksara Sulastri Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelance Writer Cerpenis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Lewat aksara kutuliskan segenggam mimpi dalam doa untuk menggapai tangan-Mu, Tuhan. Aksarasulastri.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Novel LSOD Part 17: Kerja Sama Ujian Sekolah

25 Juli 2022   11:40 Diperbarui: 25 Juli 2022   11:54 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Part 17. Kerja Sama Ujian Sekolah

Seminggu terakhir ini Baja menanggapi nomor asing yang masuk ke ponselnya. Berawal dari situ ia mengenal gadis bernama Keti. Beberapa kali menelepon saat ditanya maksud dan tujuan. 

Gadis itu berkata, "Aku hanya butuh teman cerita."

Keti langsung saja to the point ke intinya. Baja yakin dia gadis yang sangat polos atau mungkin gadis kesepian yang membutuhkan seorang teman. Baja merasa kasihan. Tanpa terasa obrolan keduanya nyaris tanpa jeda.

Baja sangat antusias mendengarkan setiap keluhannya. Perempuan itu sedang patah hati karena pacarnya selingkuh dengan teman dekatnya sendiri.

"Ja, aku ingin ke pantai. Ingin berteriak sekeras mungkin," pintanya di hari libur.

Baja menolak karena tak mau jadi pelarian. Ia cukup menjadi kawan di dunia maya. Itu baru permulaan saja.

"Sama pacarmu saja, kamu kan belum putus," ujar Baja.

Keti merajuk manja, Baja menyukai dengan suara manjanya itu. Tanggapan Baja ia pikir aku bapaknya kali, Baja mengulum senyum. Gadis itu benar-benar lucu dan menarik. Pikirnya.

**

"Ja, semalam temanku minta nomor lu. Dia bilang cari partner buat Ujian Nasional," ucap Feri.

"Terus dikasih."

"Iya."

Baja berpikir sejenak, satu-satunya nomor yang masuk hanya nomor Keti dan ia bilang tujuannya hanya butuh teman curhat. Lalu kata Feri berbeda.

"Siapa?"

"Ket...," Feri menghentikan ucapannya.

Ketika Rasit bergabung dia langsung  geming. Lalu pura-pura mengambil minumannya di bangku paling belakang. Baja berprasangka sepertinya dia akan mengatakan Keti nama kawannya tadi. Mengapa Feri menutupi namanya? Apa Rasit juga mengenal Keti? 

**

Feri sengaja memberikan nomor Baja kepada Keti agar gadis itu berhenti menghubungi Rasit. Feri tak suka dengan hubungan keduanya. Feri tahu jalan cerita tetangganya yang sering salah mencari pasangan. 

Rasit tidak tahu menahu soal itu. Tentang hubungan Baja yang menjadikan jembatan untuk memisahkan pertemanannya dengan Keti.

Kali ini Baja masih sibuk dengan gadget di tangannya. Di dalam kelas sewaktu istirahat. Akhir-akhir ini Baja lebih sering menyendiri. Bahkan dia tidak ikut Rasit dan Feri untuk menikmati makan siang bersama di kantin sekolah.

Sebuah penghapus melayang ke arahnya mengenai pundak. Baja sangat terganggu dengan hal itu. Walaupun hanya keisengan teman yang saling melempar karena candaan mereka yang berlebihan. Emosi Baja pun membludak seketika.

Glotak!!!

Penghapus tersebut dilempar balik ke arah mereka sampai bunyi dentuman keras hingga mengenai papan tulis. Meja dan kursi dia dorong dan membuat kelas menjadi berantakan layaknya gudang. Lantas menggebrak keras meja tersebut. Teman-teman sekelas terdiam. Takut menjadi korban pelampiasan kemarahan Baja.

Baja pun langsung keluar kelas. Meninggalkan kelas yang berantakan karena tidak dapat mengendalikan emosi. dia memilih menenangkan diri di dalam toilet sebelum pelajaran dimulai. 

**

Kelas sudah tertata rapi ketika bel masuk berbunyi. Feri mendekat kemudian menanyakan keadaannya.

"Ja, lu kenapa?"

Baja meremas sebuah kertas, berpikir benar kata Feri. Keti hanya butuh dirinya sebagai Partner ujian nasional. Kawan curhat seperti yang dia katakan dari awal.

Seharusnya ia tidak perlu merespon karena terlalu lama mendengarkan suaranya. Baja jatuh cinta. Ia cemburu ketika gadis itu bercerita tentang kekasihnya, sahabat yang ada untuknya. Sedangkan Baja. Ia cuma kawan saat malam menjelang. Sekedar dalam angan-angan.

Kawan bercerita, kawan yang tidak pernah ada di dunia nyata. Terkadang Baja berpikir, Kapan Tuhan akan mempertemukan dirinya dengan gadis itu? Baja sangat ingin mengatakan padanya secara langsung bahwa dia sudah jatuh cinta dengannya.

Feri menghentikan lamunannya ketukan suara meja dengan cara menggeser paksa.

"Sudah lupakan, lu pasti mikirin Keti 'kan?" Tanyanya penuh curiga.

"Sok tahu," tapi selalu benar ucapan Feri.

"Gua udah kenal lama Lu, Ja. Jadi apapun yang lu pikirin bisa gua tebak dengan jelas. Bisa jadi, lu bertengkar sama Keti atau memang kalian berdua sudah punya hubungan lebih dari itu."

"Ngaco Lu, Fer. Lu salah," Baja lekas memotong.

"Percuma Ja, Keti Lu pikirin. Gadis itu tak mungkin mikirin Lu. Lu cuma jadi pelarian. Setahu gua Keti cuma cinta dengan mantan pertamanya, jika pun ada rasa sayang itu untuk orang lain!" 

"Diam, Fer!"

Baja benar-benar marah mendengar ucapan Feri. Semua fakta. Mirisnya dia ingin memiliki Keti. Baja sudah terlanjur sayang kepadanya. Mungkin tidak untuk sekarang ini, Baja akan menunggu setelah lulus sekolah. 

Baja akan bisa membuat Keti jatuh cinta lagi dengan pria lain. Keti harus move on, dia tak pantas menangisi pria yang tak setia apalagi mengharapkannya. Baja yakin dia sanggup membahagiakannya.

"Oke, Ja. Itu terserah Lu. Resikonya lu sendiri yang nanggung."

Pak guru melangkah masuk kelas, Feri beranjak dari bangku Baja.

Ia tak dapat fokus mengikuti pelajaran hari ini. Pikirannya tertuju pada Keti. Menantikan kabar darinya, ponselnya belum juga berdering oleh deretan jawaban pesan basa-basi gadis itu.

Ingin memulai tetapi pesan semalam juga belum kunjung dibalasnya. 

Tiba-tiba Pak Guru menunjuk Baja ke depan untuk mengerjakan soal matematika di depan papan tulis. Sepertinya Pak Guru tahu sedari tadi Baja hanya melamun.

Dengan langkah gontai dan ragu sedang Pak guru terus saja memanggil namanya cukup keras. Dengan langkah tegap Baja mulai bersemangat mengerjakan soal itu. Beruntung Baja masih ingat dengan rumus yang diajarkan kemarin. Jadi, tidak terlalu sulit untuk mengerjakannya.

Baja tersenyum sesaat bisa melupakan bayangan wajah Keti. Kapur yang diberikan Pak guru mulai bergerak cepat mengikuti perintah. Baja akhirnya dapat menyelesaikan soal matematika. 

"Bagus, Baja. Selanjutnya Rasit," ujar Pak Guru.

....

Ujian Nasional SMA seluruh Indonesia sedang dilaksanakan. Di ruang kelas XII IPA setiap bangku terisi satu anak,  Keti duduk di barisan tengah bangku belakang. 

Detik-detik mengerjakan soal ujian, Keti sudah memberikan kode SMS kepada Baja. Hasil jawaban soal jurusan IPA, mata pelajaran kimia.

Soal diberikan acak di tahun ajaran 2011, Soal A sama seperti jawaban Soal C, Soal B sama jawaban Soal D. Beruntung sekali bagi Keti mendapatkan soal yang sama seperti Baja. Meskipun mereka beda sekolah Soal A adalah angka ganjil bagi nomor absen. 

Baja nomor absen 5 di abjad-B sedangkan Keti mendapat nomor absen 17 di huruf-S.

Keti mengirim pesan singkat dengan ponsel jadul Nokia. 

[Jawaban 1-10]

Menunggu hingga 5 menit lewat beberapa detik saja, Baja mengirimkan jawaban lewat pesan.

Di sisi lain Baja masih melihat kondisi ruangan dan petugas yang menjaga. Jika dirasa aman tangan kiri di bawah meja yang tertutup laci tangan kanan bersendawa memegang dahi. Mulai mengetik pesan.

[ACDABCCDAA] 

Usai ujian berlangsung, Suketi merasa lega karena sebelum menulis jawaban dari Baja dia mengecek jawabannya terlebih dahulu. Dari soal yang paling mudah hingga ke soal yang tersulit, dia kerjakan dengan baik. Hingga tuntas.

Suketi lihai dalam menyontek, beberapa pelajaran yang dia rasa tidak mampu. Bahasa Indonesia adalah pelajaran yang paling Keti kuasai. Mata pelajaran itu dia kerjakan sendiri.

....

"Makasih yah, Ja. Akhirnya ujian nasional bisa kita lewati bersama," ujar Suketi lewat telepon.

"Iya, kita sudah bekerja sama tinggal nanti lihat hasilnya bagaimana?"

"Aku yakin pasti hasilnya akan memuaskan, Ja. Kamu kan smart."

Suketi tersenyum bahagia sudah menemukan teman yang bisa diajak kerja sama dalam hal apapun. Gadis itu tidak berpikir dia sudah bermain curang. Suketi yang dahulu percaya dengan kemampuannya kini berubah drastis akibat pergaulan.

Dia berubah setelah mengenal cinta dan patah hati, resiko berpacaran. Bukan hanya tentang perasaan bahkan sampai membuatnya malas belajar. 

***

Pemalang, 25 Juli 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun