"Uluh-uluh, jutek banget sih. Ket. Gemesin banget." Ujar Richat merayu dengan suara yang dibuat-buat.
"Terserah, kamu lah!"
Telepon di loudspeaker ponsel Keti dibiarkan saja di atas ranjang. Richard masih saja berkata sendiri. Walaupun Keti tak menanggapi bahkan gadis itu hampir terbawa ke alam mimpi. Esoknya Richard akan mengirimkan rentetan pesan, kesal, perhatian lebih untuk Keti. Sampai berbulan-bulan Richard melakukan hal ini.
Lama kelamaan Keti menjadi terbiasa dengan bentuk perhatiannya. Sehari saja dia tak menghubunginya, Keti merasa ada yang kurang lantas ia akan menanyakan kabarnya lewat Putra.
Hingga pada malam minggu kali pertama, Keti izinkan dia datang ke rumahnya. Richard menaiki sepeda ontel zaman dahulu.
Awal pertama ikut menaiki sepeda bersamanya, hati Suketi seraya bergetar dan jantung ikut mengaduk suasana. Entah, apa yang ia pikirkan saat ini? Apakah Keti mulai jatuh cinta untuk pertama kalinya? Pada sosok pria yang bernama Richard.
Sampai suatu ketika, Richard pun mengatakan perasaannya. Mereka akhirnya resmi berpacaran. Kadang dia mengajak Keti berkunjung ke rumahnya. Mengenalkan dengan kedua orang tua.Â
Di teras rumah, duduk berdua ia memainkan gitar dengan iringan suara Keti. Keti berharap inilah kebahagiaan yang sesungguhnya. Bahagia jatuh cinta dengan seorang pria gempal dengan lesung Pipit di pipi kanannya.
"Cute, aku mencintaimu semenjak kali pertama kita bertemu," pernyataan Richat di kala senja.
Richard memanggil Keti dengan sebutan, Cute yang memiliki ungkapan, Cinta untuk terindah. Keti mencari sebutan yang pas untuk memanggilnya.
"Cips."