Keti berusaha mencari Jawaban yang membuat Deva lebih memahami.
"Maaf Cokelat, sahabat terbaikku. Aku terlambat karena tugas rumah benar-benar banyak."
"Ingat, Ket. Kamu harus disiplin waktu. Tidak ada alasan apapun. Jadi sebagai kapten basket. Aku harus tegas ke semua pemain. Kayak kamu, dasar pesek!"
Keti menggerutu dalam hati jika Deva memanggil nama Keti dengan sebutan pesek.
"Jangan panggil aku pesek!"
"Ya sudah. Jangan panggil aku Cokelat!"
Telapak kaki mungil si gadis meloncat sedikit keatas diulang-ulang, kesal. Sikap Manjanya akan keluar saat bersama dengan sahabatnya. Deva mengacak rambut Keti, ia pun menunduk malu.Â
"Oke, pesek. Selesai latihan kamu ikut aku ke rumah Putra."
"Putra! Teman sekelas ku?" Keti terperanjat.
Bukankah Deva tak pernah kumpul bersamanya. Lalu, tiba-tiba saja dia mengajak Keti bersama ke rumahnya. Saat Keti kembali menatapnya dia sudah berlalu, melangkah jauh menuju kerumunan para pemain yang lain.
**