Di bangku reyot yang sudah puluhan tahun menjadi saksi biksu cinta mereka, duduk dalam degup jantung yang tak menentu.
"Di sini tempatku biasa nongkrong, Dik Dengan Johan namun sekarang dia sudah pergi menjemput impiannya," ucap Baja sembari menatap bintang.
Mulai sekarang Baja sudah berani memanggilnya Dik. Sebagai Kekasih barunya. Entah, apa yang membuat Baja tiba-tiba membicarakan tentang Johan. Sahabatnya yang telah sukses menjadi seorang TNI Angkatan Darat.
"Johan itu sahabat Mas, kan." Keti bertanya dengan bibir terkatup pelan.
Baja mengerti dengan cara bicaranya, ia sedang memilih kalimat yang tepat supaya tidak sampai menginjak harga dirinya karena telah gagal meraih impian.
"Ya, Dik. Setelah hari itu dia tak memberi kabar lagi. Mungkin Johan sudah lupa dengan persahabatan kami."
Keti menepuk bahu kekasihnya, dia lalu mengatakan.
"Mungkin Johan sibuk dengan tanggung jawabnya."
Baja sudah menceritakan semua kegagalan dari cita-cita. Impian dulu kepadanya. Ini takdir dari Tuhan, ada hikmah yang bisa dia ambil.
Seandainya Baja sukses kala itu, impiannya terwujud. Baja mungkin tak bisa bertemu Suketi. Tak pernah menjalin cinta, bahkan tak ada waktu luang seperti ini.
Dirasa sudah cukup hati ini tenang, hari semakin larut malam. Mereka memilih kembali ke kediaman.Â