"Sendiri, kamu?"
"Sama, aku dah lihat kamu Ja. Kamu yang pakai topi abu-abu kan. Duduk sendirian di Pos ronda."
Baja melihat ke sekeliling tak ada siapapun? Pria itu berpikir apakah Keti mengerjainya. Atau dia sengaja bersembunyi. Apa mungkin wanita itu sembunyi di balik pohon mangga itu? Pohon dalam suasana temaram. Sampai-sampai Baja tidak sadar Keti menepuk bahu kanannya.
Tubuh Keti tidak terlalu tinggi, mungkin tingginya hanya semampai, semeter tak sampai. Dia mengenakan baju coklat dan celana biru. Rambutnya diikat satu, panjang rambutnya sampai ke bahu. Memiliki mata kecoklatan, hidung pesek dan bibir dia yang mungil kemerahan terlihat sangat manis. Baja mengagumi gadis ini. Dia gadis yang tidak membosankan. Saat Baja menatapnya balik tersenyum.
Pertemuan pertama yang sulit dimengerti. Jantung Baja berdebar tak karuan. Mereka melangkah dengan jarak yang sangat dekat. Baja mundur ke belakang punggungnya. Memperhatikan sekilas tubuh Keti dari arah samping. Gadis yang sangat langsing. Baja tertarik pada pandangan pertama.
Setelah sampai di rumah yang sederhana, Baja berdiri di halaman rumahnya sebelah sisi kiri terdapat banyak tumpukan barang bekas yang sudah dimasukkan ke dalam karung.
Baja ingat Keti pernah bercerita bahwa Ibunya bekerja sebagai pemulung.
Keti menyembul dari balik pintu mengajak Baja bertamu di ruang tamu. Pintu sengaja dibuka lebar. Baja dapat melihat furniture sederhana hanya lemari kayu yang lusuh. Tak ada kursi yang bisa Baja duduki dan tak ada meja untuk meletakkan cemilan dan minuman di atasnya. Hanya ada anyaman tikar, Baja duduk di samping Keti lalu meminum suguhan yang diberikan.
Sungguh gadis yang sangat perhatian. Baja semakin mengaguminya.
"Ja, kenapa topinya masih dipakai? Cepet copot!" pinta Keti.
Mendengar pintanya Baja hanya menggelengkan kepala.