"Jadi, begini Bu Laras. Mas Tejo minggat bawa uang simpanan modal dagang. Saya bingung mesti ke mana lagi pinjam uang. Kalau boleh, saya mau pinjam uang buat dagang. Nanti kalau balik modal saya kembalikan."
"Boleh saja Bu Yah. Gampang itu. Tapi, ada syaratnya jika telat bayar akan berbunga."
Meski hati beliau sempat ragu, Mak Yah pun menyanggupi syarat tersebut. Bu Laras mengambilkan uang di dalam brankas untuk diberikan kepadanya.
Dengan raut wajah bersemu merah Mak Yah berkata, "Semoga uang ini bisa membawa berkah. Amin. Alhamdulillah Ya Allah. Makasih Bu Laras."Â
...
Mak Yah membelanjakan uang hasil pinjaman, sisanya untuk keperluan sehari-hari. Selain itu ia bersiap untuk jualan setelah adzan ashar berkumandang.
Langkah berat Ibu mengitari ke perkampungan yang tampak lenggang. Meneriakkan barang dagangan.Â
"Tongyur, lontong-sayur, gorengan... ,
Anget-anget."
Ada beberapa orang yang melintas, Mak Yah bersiap menawarkan dagangannya.
"Gorengan anget, Mas, Mbak."Â