"Ya Allah, Keti lapar, Keti mau makan, Ya Allah."
Meskipun sudah berdoa ia tetap saja merasa lapar.Â
"Kak Kira yuk cari Ibu." Keti terus membujuk Kakaknya agar mau mencari sang Ibu.Â
Tiba-tiba ada suara ketukan pintu. Keti pikir itu Ibunya yang datang ternyata tetangga sebelah yang mengantarkan roti. Roti sebagai ganti makan siang.
Setelah jam satu lewat. Orang tua mereka belum juga kembali. Keti mengajak Kakaknya untuk pergi mencari Sang Ibu.
Siang itu suasana surya membungkus langit, mereka masih mengayuh sepeda phoenix di jalan raya. Hendak pergi ke pasar mencari Ibunya. Sebelum sampai di keramaian kota, mereka melewati perumahan asri di pemakaman yang belum ada pembatas dinding. Menembus pertigaan jalan sudirman di situ mereka belok ke arah utara dan berjalan lurus terus hingga sampai di perempatan lampu merah, baru menuju ke arah jarum jam tiga.Â
Ketika melintas Keti sempat memperhatikan deretan bangunan berdiri kokoh di setapak jalan. Dari mulai sebuah altar, toko pakaian, sepatu, pernak-pernik hiasan dan toko kelontong. Tak sengaja ia membaca tulisan yang tertempel di etalase.Â
"Pengamen/pengemis datang hari Jum'at," mengeja tetapi belum usai.Â
Sepeda mereka hampir keserempet motor. Pengendaranya adalah seorang bapak dengan mengenakan jaket hitam, tanpa menggunakan helm. Badannya sedikit gemuk namun tubuhnya kekar. Untung mereka baik-baik saja, hanya mengenai setang mengakibatkan lebam di sikut tangan. Pengendara motor itu melintas jauh dari pandangan.Â
Kakaknya mulai mengayuh sepedanya lagi. Keti melihat Ibunya memanggul dagangan di atas trotoar. Terseok-seok di setapak jalan di depan ruko pakaian.
"Kak Kira itu Ibu, Ibu!"