Mohon tunggu...
Aksara Sulastri
Aksara Sulastri Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelance Writer Cerpenis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Lewat aksara kutuliskan segenggam mimpi dalam doa untuk menggapai tangan-Mu, Tuhan. Aksarasulastri.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Detak Cinta yang Salah

6 Maret 2022   22:50 Diperbarui: 6 Maret 2022   22:54 686
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Detak Cinta Yang Salah (Bernas.id)

"Aku senang melihatmu tertawa, Vik. Eh, adikku yang cantik." Pras mencubit pipiku.

Hatiku kembali berdesir, dia mulai lagi membuatku tersenyum. Bisakah bukan menjadi adikmu saja Pras, aku terus merajuk tanpa Pras tahu. Benar, aku menginginkan lebih. Seandainya itu bisa aku akan berusaha melakukannya. Sekarang. Saat wajah kami saling berdekatan, napas kami saling bertabrakan, tangannya yang terus saja membelai rambutku hingga berantakan. 

Terombang-ambing bagaikan menaiki perahu bersamamu hanya untuk menepi. Itu saja, itu saja sudah cukup berarti.

"Ada apa denganmu, Vika? mengapa berhenti tertawa, apa kakak salah bicara?" 

Pras membuyarkan lamunanku, "Aku hanya senang bisa bertemu lagi denganmu."

"Kakak juga senang Vik, kita bisa menjadi saudara tiri. Menjagamu dari lelaki bejat mana pun yang akan menyakitimu."

Aku tersentak, tidak ada lelaki lain, Pras. Kamu mungkin bukan lelaki bejat. Kamu sanggup membuatku tersenyum kembali, kamu juga berhasil menyakiti perasaanku ini. Tetapi bagaimana aku meminta bantuan kepadamu? Jika orangnya sendiri adalah kamu.

"Makasih, Kak." 

Rasa terima kasih atas semua yang pernah kamu lakukan sekarang ini. Aku terluka. 

"Vik, boleh aku berkata jujur padamu." Pras membuatku makin ingin memukulnya. Lihat saja betapa serius tatapan matanya ketika memandangku sedekat ini.

"Katakanlah, lima menit saja aku mengantuk," ucapku ketus karena memang ingin cepat-cepat menghindarinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun