"Kamu siapa? Aku sedang berada di mana?"Â
Kedua bola mata memutar ke sekeliling ruangan.Â
Aku berada di gedung apartemen yang sangat tinggi, tampak dari jendela terbuka tirai di situ banyak sekali kabel bergelantungan juga burung-burung beterbangan.
"Namaku Pras, kamu tidak perlu takut. Aku tidak akan menyakitimu. Boleh aku tahu siapa namamu?"
Pras, dia lelaki yang telah menolongku tadi siang. Aku baru mengingatnya. Kini hari sudah senja dengan mendung bergelayut. Aku tersipu malu menatap balik kedua bola mata itu.
"Vika, terima kasih Pras. Aku ingin pulang, tolong antarkan aku pulang," ucapku memohon.
"Aku akan mengantarkan kamu pulang tetapi tidak sekarang, besok saja. Sebentar lagi akan hujan, menginaplah di sini barang semalam."
Tak ada penolakan dari bibir tipis ini, seperti terhipnotis oleh ketampanan dan kebaikan yang dia miliki. Aku sampai membandingkan Pras dengan sang mantan melalui fisik dan materi, bisa dibilang seratus persen Pras lelaki paket komplet.
Dia menepati janji, mengantarkan aku pulang besok harinya-- dengan mobil sedan menuju perumahan Mekar Baru ke tempat tinggal Mamah yang baru dibangun.
Hanya hari itu terakhir kali aku bertemu dengan Pras. Entah, apa yang membuatku rindu setelah kepergiannya.
Pras, lelaki yang berhasil menghapus luka dalam hati. Ketika tersakiti oleh mantan kekasih. Dia juga membuat aku jatuh cinta lagi yang kedua kali. Namun, aku berhasil menutupinya. Aku tak ingin terluka. Sungguh aku tak ingin terluka karena jatuh cinta dengan orang yang salah.Â