Mohon tunggu...
Aksara Sulastri
Aksara Sulastri Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelance Writer Cerpenis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Lewat aksara kutuliskan segenggam mimpi dalam doa untuk menggapai tangan-Mu, Tuhan. Aksarasulastri.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Detak Cinta yang Salah

6 Maret 2022   22:50 Diperbarui: 6 Maret 2022   22:54 686
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Detak Cinta Yang Salah (Bernas.id)

"Aku kangen kamu, Pras_" suaraku tercekat dan membatin mengapa aku harus memiliki rasa cinta kepadamu Pras. 

Rindu ini begitu menyiksaku, makin sakit tak bisa memilikimu, bagaimana caranya menyimpan rasa ini jika setiap hari kita bertemu. 

Mamah keluar mendengar tangisanku, "Vika mengapa, Pras?"

"Vika sangat senang karena Tante pulang," ujar Pras bohong. 

Mamahku selalu sibuk dengan urusannya, jika dia orang tua yang baik tentu akan meminta maaf. Tetapi sepertinya, Mamah enggan mengurus permasalahan kecil. Aku memahami Mamah, sayang mamah tak pernah mengerti dengan perasaanku.

Aku masih saja diam, Mamah berlalu menuju dapur kembali lagi membawa minuman air putih yang kukira untukku. Mamah meneguk air itu tanpa sisa. Aku makin kesal.

"Mamah juga seneng bisa melihat anak mamah sehat-sehat saja, Mamah percaya anak mamah sudah dewasa bisa hidup mandiri tanpa mamah di sini. Bukan begitu, Vika."

Pras mengacak rambutku, sengaja. "Tante, sepertinya papah manggil deh."

"Oke. Pras, Tante ingin mulai sekarang kamu panggil Tante dengan sebutan Mamah. Kamu juga Vika panggil Om Pram papah juga ya."

Aku hendak menggeleng, Pras mulai usil membuat kepala ini mengangguk melalui telapak tangannya dari belakang. Aku pun menginjak kakinya membuat Pras sedikit bergumam, "Aauw .... "

Mamah sudah pergi, Pras ingin membalas-- aku menghindar. Tertawa terbahak-bahak, "Syukurin, makanya jangan mulai duluan," kataku penuh kemenangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun