Mohon tunggu...
Rudy Santoso
Rudy Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Writer, Memoaris, Influencer, Property Advisor.

Rudy Akasara_Nusa Kota Malang - 1974_writer Penulis - memoaris - influencer - property advisor.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aroma Melati di Rumah Cempaka #2

2 Desember 2022   21:09 Diperbarui: 25 Desember 2022   21:09 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Baik Raden. Kalau itu permintaan Raden, Mbak Asih akan menjauh dari rumah duka. Mbak Asih tunggu saja di pertigaan ujung jalan sana. Maafkan Mbak Asih, saya pamit pergi Raden!" jawab mbak Asih sambil menyembah Raka.

Sesaat angin berhembus dan berkelebat melewati halaman rumah Edwin, aroma bunga melati tercium mengikuti. Raka segera keluar dari kamar tidur dan menghampiri Edwin yang duduk di sofa ruang tengah rumahnya. Mereka keluar rumah kembali duduk di halaman bergambung lagi dengan teman-teman dan para tetangga yang ikut ngobrol di sana.

"Bagaimana bro. Apa sudah pergi dan bisa di negoisasi mbaknya?" Heru bertanya ke Raka.

"Iya bro, kalian apa tidak merasa ya? Waktu aroma bunga melati bersama angin keluar melewati tempat kalian duduk?" Raka bertanya balik ke Heru.

"Iya bro. Aku merinding seperti ada angin berkelebat dengan aroma melati dari kamar Edwin ke luar. Terasa banget hembusan angin yang lewat dengan bau wangi menusuk tajam, jadi merinding tengkukku!" Jawab Novian menambahkan.

"Nah itu kan, Novian saja terasa kalau mbak Asih lewat, pergi ke pertigaan jalan di ujung jalan sana!" Jawab Raka memastikan.

"Ah, jangan gitu bro. Aku jadi gak berani pulang sendiri, rumahku melewati pertigaan itu!" Bagus menambahkan.

"Tenang bro. Sudah aku bilang ke kalian kemaren, Mbak Asih tidak akan mengganggu kita semua para sahabatku.Aku jamin, kenapa mesti takut?" jawab Raka.

"Iya siapa tahu bro. Kita berjaga-jaga rasa takut itu pasti ada, yang kita hadapi ini arwah penasaran bro!" Sahut Agung yang merasa khawatir.

"Iya bro. Tenang saja ya. Aku pastikan Mbak Asih tidak akan berani mengganggu kita dan keluarga kita!" Jawab Raka meyakinkan teman-temannya.


Mereka melanjutkan ngobrol di halaman rumah Edwin, keadaan kembali normal dan aroma bunga melati sudah tidak tercium lagi. Di rumah duka tetangga dan para pemuda warga RT, asyik dengan kesibukan masing-masing. Satu kelompok asyik dengan obrolan mereka, yang lainnya asyik bermain kartu yang tujuan sebenarnya menghilangkan kantuk. Ada satu kelompok yang menyiapkan kelengkapan pemakaman untuk besok pagi, semua membantu mempermudah dan meringankan beban keluarga yang berduka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun