Mohon tunggu...
Akhmad Mukhlis
Akhmad Mukhlis Mohon Tunggu... Dosen - Gandrung Sepak Bola, Belajar Psikologi

4ic meng-Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mendidik Hasil atau Proses?

4 September 2018   08:58 Diperbarui: 4 September 2018   09:05 888
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap awal perkuliahan --saat kontrak perkuliahan- saya sering menemukan wajah-wajah 'bertanya' tentang isi kontrak perkuliahan. Sayangnya jarang sekali ada yang langsung bereaksi dengan bertanya atau keberatan.

Ini adalah tahun kelima saya menggunakan pendekatan proses dalam perkuliahan. Sebagian besar beban prosentase (40-50%) penilaian dalam matakuliah saya ada pada tugas mingguan.

Secara keseluruhan, saya hanya memberikan 20% untuk ujian akhir semester, artinya bisa jadi mahasiswa di kelas tetap saja lulus meskipun tidak mengikuti ujian akhir.

Saya memaklumi wajah bertanya mahasiswa saya, karena pendekatan yang saya terapkan mungkin tidak biasa mereka temui di kelas yang lain, bahkan pada jenjang pendidikan sebelumnya.

Alasan saya sederhana, saya tidak mau menilai seseorang hanya pada babak akhir (ujian) saja. Bagi saya itu tidak fair dan menegasikan proses selama satu semester.

Merubah Kebiasaan

Tidak terhitung jumlahnya jika kita mau menengok alasan-alasan mendasar seseorang tidak mampu berkembang saat mulai masuk dalam dunia 'kerja'.

Sederet prestasi (tentunya akademik) dibawa saat sarjana, namun mereka justru tidak berkembang sebaik anak-anak yang justru memiliki prestasi biasa-biasa saja saat kuliah.

Mengapa demikian?

Saya memandang hal tersebut dari lemahnya kompetensi sosial-emosional (SE).

Badan kurikulum kita belum sepenuhnya seimbang dalam menakar kemampuan akademik dengan SE.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun