Mohon tunggu...
Akhmad Jayadi
Akhmad Jayadi Mohon Tunggu... -

Lahir dan besar di Pamekasan, Madura. Menuntaskan studi S1 di Malang. Sampai sekarang sudah 3 tahun lebih bekerja di Jakarta, di sebuah LSM,The Habibie Center.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cenderawasih Hitam

25 September 2010   10:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:58 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

"Kakak tak tahu pasti. Mungkin tidak akan kembali selamanya."

“Si betina menangis tersedu dan berpesan: Berjanjilah untuk kembali, Kak.”

"Aku tidak bisa berjanji Dik, tapi yang pasti aku tunggu kau di sana. Berjanjilah bahwa kau akan memberi anak-anak kita makan yang bergizi, mainan yang lucu dan selimut yang hangat dan cerita-cerita yang menghibur. Ajari mereka cara mencari makan, bertahan hidup, berteman dan mencintai sesama. Jika kau sudah yakin bahwa anak-anak kita bisa hidup mandiri di hutan ini, segeralah menyusulku ke hutan indah itu."

“Lalu cenderawasih itu pergi dan tak pernah kembali”

Ponakan saya bertanya, “Om, apa Om tahu dimana hutan indah itu?”

“Om juga tidak tahu, Dek. Kita pasti kesana suatu saat nanti. Sekarang dedek makan siang dulu ya”.

Dia mengangguk dan tersenyum. Ponakan saya pergi berlalu, saya melanjutkan kenangan saya pada cenderawasih hitam yang gemuk dan pendek itu. Cenderawasih terbaik yang pernah saya temui di dunia ini. Dia telah terbang dan tidak akan pernah kembali lagi.

Madura, 6 September 2010

Akhmad Jayadi

Sahabat almarhum Martinus Iek

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun