Sejurus kemudian mobil Agya warna biru yang dikemudikan Sardi, bersama Nisah dan Sania di dalamnya, meluncur meninggalkan rumah Alfito dan Yuli.
   Perkawinan Alfito dan Yuli dilaksanakan secara bersama-sama dengan perkawinan Sardi dan Nisah. Dilaksanakan di Balai Desa kota kecamatan. Dua pasang pengantin bersanding dalam waktu yang sama. Acaranya sangat meriah, dihibur oleh sebuah grup musik dari kota kabupaten.
   Tidak saja pasangan Alfito dan Yuli nampak bahagia ketika itu, tapi juga pasangan Sardi dan Nisah juga terlihat sangat berbahagia. Senyuman manis tak pernah lepas dari kedua pasangan pengantin itu, saat menyambut kedatangan para undangan yang silih berganti.
   Namun tidak sedikit para tamu undangan itu menjadi heran, menyaksikan pasangan Sardi dan Nisah. Bukankah selama ini yang kita tahu, bahwa Sardi dan Anisah atau Nisah itu kakak-beradik? tanya mereka. Bagaimana mungkin mereka berdua bisa menjadi suami-istri?
   "Perkawinan sedarah seperti itu sangat berbahaya," ucap seseorang.
   "Di sebuah desa di Inggris, pernah terjadi perkawinan semacam itu. Mereka beberapa orang saudara kandung yang tinggal dalam sebuah rumah besar, dan terjadilah perkawinan antara mereka. Tapi keturunan mereka kondisinya cacat semua," sambung yang lain.
   "Oh ya? Dari mana kau tahu?"
   "Dari google."
   "Hhuh!"
   Sangking penasarannya, salah seorang bapak tamu undangan, sengaja mendekati pak Gosai dan bu Jalimah, disela-sela kesibukan dalam pesta perkawinan itu.
   "Maaf, Pak Gosai dan Bu Jalimah. Saya dengar-dengar anak Bapak dan Ibu si Sardi dan Nisah ini adalah kakak-beradik? Benar?" tanyanya.