"Ntar dulu. Aku mau kamu jawab pertanyaanku. Siapa yang harus kamu pilih antara aku dengan teman cowokmu itu," kata Sardi tanpa mau menyebut nama Alfito.
   "Tidak, Sar. Aku tidak mau menjawab pertanyaanmu itu. Belum ada yang harus kupilih. Selama belum ada tenda biru berdiri, kamu dan Alfito masih bebas berteman denganku," cetus Yuli, tertawa. "Bukankah tadi sudah kukatakan, aku cinta dan sayang sama kamu, juga dengan Alfito," sambung gadis itu.
   "Yuli...."
   Gadis itu seketika sikapnya berubah, kali ini nampak bersungguh-sungguh. Nanap ditatapnya Sardi.
   "Ada gadis yang jauh lebih cantik dan lebih baik hatinya daripada aku, Sardi. Sebenarnya dialah yang akan menjadi jodohmu nanti," kata Yuli, tiba-tiba serius.Â
"Aku sangat kagum dengan kecantikannya, juga kelembutan hatinya. Gadis itu begitu dekat denganmu."
   "Siapa yang kamu bicarakan itu, Yuli? Gadis yang mana?" Sardi mengerenyitkan jidatnya. Heran.
   Yuli kembali menatap lurus ke mata Sardi. Cowok itu segera turun dari pondok. Berdiri tegak di depan Yuli dan membalas tatapannya. Dipegangnya kedua pundak Yuli yang bagus itu.
   "Siapa? Siapa gadis yang kamu maksud itu?"
   "Dia orang yang sangat dekat denganmu."
   "Siapa?"