Mohon tunggu...
Faisol
Faisol Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lahir di Jember - Jawa Timur, Anak ke 2 dari enam bersaudara.

Instagram : akhmadf_21 Twitter : @akhmadf21

Selanjutnya

Tutup

Politik

Keduanya Sama-sama Putra Mantan Presiden RI !

13 Agustus 2021   10:03 Diperbarui: 13 Agustus 2021   10:06 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : Republik.co.id

"Politik terus bergerak dan berjalan secara dinamis, perang baliho saat ini menjadi trending di berbagai media, baik media yang terpampang di jalanan, maupun yang sudah banyak mengisi di berbagai website"

Pilihan presiden masih akan dilaksanakan tahun 2024 sesuai dengan aturan perundang-undangan, namun dalam kancah dunia politik, sudah sedari awal pencitraan dan yel-yel yang di tulis dalam baliho telah menyesakkan pinggiran jalan dengan berbagai slogan yang di anggap menarik.

Mesin partai politik, terus bekerja keras dengan berbagai skenario yang dibangun dengan menyodorkan putra dan putri terbaik mereka.

Disini lebih spesifik lagi pembahasannya yakni pada dua putra terbaik mantan Presiden Republik Indonesia.

Pertama Puan Maharani yang saat ini sedang menjabat ketua DPR RI merupakan putri dari mantan presiden ke 5 di negeri ini, menjabat sebagai presiden melanjutkan estafet kepemimpinan pasca K.H. Abdurrahman Wahid.

Dilansir dari Wikipedia, Megawati Soekarno Putri yang akrab disapa dengan mbak Mega, menjabat sebagai presiden RI sejak 23 Juli 2001 sampai dengan 20 Oktober 2004.

Megawati yang saat ini masih menjabat sebagai Ketua Umum DPP PDI-P, tentu saja berupaya dengan keras untuk menyodorkan Puan Maharani untuk melanjutkan estafet kepemimpinannya.

Baliho pun disebarkan dengan berbagai slogan yang tentunya berharap menarik perhatian masyarakat, bahkan sebaran baliho di berbagai daerah telah menghabiskan milyaran rupiah untuk menggenjot elektabilitasnya.

 Untuk meningkatkan elektabilitasnya, uang miliaran rupiah pun di gelontorkan 

Banyaknya Baliho yang di sebar, apakah akan menaikkan rating dan meningkatkan elektabilitas dari masing-masing kandidat untuk bisa masuk dalam bursa Capres atau Cawapres 2024..?

Pertanyaan mendasar inilah yang mestinya harus di pecahkan, dimana berbagai survey yang sudah  beredar, meski Baliho sudah terpasang dimana-mana, namun elektabilitasnya tidak juga naik secara signifikan.

Pertama Baliho Puan Maharani 

DPP PDI-P telah menginstruksikan pada seluruh kadernya, baik yang murni berada di struktural partai atau bagi pejabat yang diusung oleh PDI-P itu sendiri.

Instruksi pemasangan Baliho Puan Maharani yang populis saat inj dengan tema "kepak sayak kebhinekaan" telah beredar secara luas dijalan dan perempatan di kota-kota besar.

Dengan Baliho yang terpampang di tempat-tempat keramaian merupakan upaya keras dari PDI-P untuk menaikkan elektabilitasnya, namun hal tersebut tidak menjadikan elektabilitas Mbak Puan naik secara signifikan.

Puan Maharani yang merupakan putri dari presiden ke 5, dan cucu presiden RI yang pertama, dan saat ini beliau sedang menjabat ketua DPR RI, menjadi kilas balik mengenai ketokohan Puan Maharani untuk masuk dalam bursa capres atau cawapres 2024 dengan kendaraan yang sudah di milikinya.

Mampukah sebaran baliho Puan Maharani untuk bisa masuk dalam bursa capres atau cawapres 2024 ? Maka jawabannya bisa ya, juga bisa tidak, mengapa demikian? Karena sejauh ini elektabilitas Puan Maharani masih di urutan paling bawah ketimbang Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo yang sama-sama kader PDI-P.

Dengan menghabiskan uang miliaran rupiah di tengah kesulitan ekonomi rakyat, justru pemasangan baliho para politisi menjadi senjata yang membunuh dirinya sendiri, mengapa demikian? 

Para politisi berupaya mencari simpati dan empati rakyat dengan slogan yang mengatasnamakan rakyat, bekerja untuk rakyat dan lain sebagainya, namun faktanya justru tidaklah demikian.

Apa yang seharusnya dilakukan oleh partai penguasa ini untuk menaikkan elektabilitas Puan Maharani ?

Pastinya harus ada strategi yang lebih jitu dan membumi, tidak sekedar baliho di Pampang, urusan di anggap selesai, tentu dalam politik tidaklah demikian, mengingat banyak masyarakat Indonesia yang saat ini sedang menghadapi kesulitan gegara pandemi dan PPKM yang masih di lanjutkan di berbagai daerah.

Peduli untuk membantu rakyat dengan berbagai skema dan secara langsung turun di tengah-tengah masyarakat, justru hal itu menjadi senjata untuk menaikkan elektabilitas dan ketokohan dari seseorang, namun faktanya banyak politisi kita yang masih enggan untuk berbaur, mendengar keluh kesah rakyatnya.

Tidaklah cukup perang Baliho untuk mendapatkan simpati dan empati rakyat, Karena rakyat sudah enggan dengan rutinitas politisi yang seperti makan pohon tebu, habis manis sepah di buang.

Kedua Baliho Agus Harimurti Yudhoyono 

Siapa yang tidak mengenal dengan Agus Harimurti Yudhoyono, yang merupakan putra sulung mantan Presiden RI yang ke 6.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono atau akrab di sapa SBY, meruapakan presiden ke 6 yang menjabat sejak 20 Oktober 2004 hingga 20 Oktober 2014.

SBY yang berlatar belakang militer telah menjabat presiden RI selama sepuluh tahun lamanya, dan beliau menjadi Presiden dengan kendaraan Partai Demokrat yang telah didirikannya sendiri.  

Partai Demokrat juga berupaya dengan keras untuk menampilkan tokoh mudanya yang merupakan generasi penerus dari SBY, yakni Agus Harimurti Yudhoyono yang akrab di panggil AHY.

AHY yang saat ini menjabat sebagai ketua umum DPP partai Demokrat, juga berupaya mencari simpati dan empati rakyat, meski elektabilitasnya tidak jauh berbeda dengan Mbak Puan.

Latar belakang AHY yang juga dari angkatan militer, yang banyak di sayangkan oleh beberapa tokoh, karena AHY tidak sampai menyelesaikan karir militernya sampai menjadi Jenderal.

Konsep DPP partai Demokrat yang menyusup AHY dengan Slogan Nasional-Religius juga masih belum mampu menaikkan elektabilitasnya secara signifikan, meski beliau sudah memakai nama besar trah dari pak SBY.

Hal tersebut tentu sudah harus disadari betul oleh para politisi, bahwa sebaran Baliho di berbagai daerah itu, tidak lantas menjadikan elektabilitas mereka naik secara signifikan.

Tentu harus merubah pola dan strategi baru yang lebih jitu untuk mendongkrak elektabilitas mereka supaya bisa masuk pada burca capres dan cawapres 2024.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun