Hal ini membuat masyarakat setempat marah, hingga pada suatu hari sekelompok warga menyerbu dan melakukan aksi kerusuhan kepada restoran keluarga Hendra. Kaca etalase dipecah, meja dan bangku dihancurkan, bahkan Hendra dan keluarga nya pun juga dijadikan tempat pelampiasan.Â
Di tengah kekacauan dan keributan tersebut, salah satu warga yang mengikuti aksi tersebut memukul Tan Kat Sun, ayahnya Hendra, hingga ia terjatuh dan meringis kesakitan. Kondisi beliau yang sebelumnya sudah kurang baik, menjadi lebih buruk.Â
Menuk yang sedang bekerja di restoran tersebut lantas terkejut, terutama saat Tan Kat Sun terpukul. Menuk sudah menganggap Tan Kat Sun sebagai seseorang yang sangat ia sayangi dan hormati, sebab dari dahulu beliau tidak pernah bersikap kurang dari baik. Selebihnya, Menuk semakin terkejut setelah melihat pelaku yang melakukan pukulan kepada Tan Kat Sun, siapa lagi kalau bukan Soleh.Â
Mengetahui ini, Menuk menjauhi diri dari Soleh begitupun Soleh yang sedang menjauhi Menuk. Kondisi Tan Kat Sun yang kian hari memburuk, berakhir dengan kematian beliau beberapa hari kemudian. Sebelum meninggal, Tan Kat Sun hanya mengatakan 1 Â hal kepada Hendra, bahwa ia harus berubah. Baik dari sikap, maupun pandangannya mengenai restoran milik mereka.
Natal 2010, warga setempat berkumpul untuk melakukan ibadat malam. Soleh, suami Menuk yang saat ini bekerja sebagai anggota BANSER NU (Barisan Ansor Serbaguna Nahdlatul Ulama), ditugaskan untuk menjaga keamanan gereja. Menuk pun saat itu juga sedang membantu memberikan makanan bagi pemeran drama, bersama Hendra. Soleh sudah mencoba untuk berbicara dengan Menuk, namun Menuk masih sangat terpukul dan menolak untuk berbicara. Di gereja yang sama, Rika sedang bersiap-siap mengikuti misa, di lain sisi Surya sedang mempersiapkan diri untuk tampil dalam drama yang akan dibawa malam itu.
Waktu misa pun tiba, semua pengikut misa telah duduk di bangku masing-masing. Soleh yang seharusnya menjaga perimeter gereja, merasa tertarik untuk mengetahui apa yang terjadi di dalam sebuah gereja, sehingga ia diam-diam menyelinap masuk ke dalam gereja tersebut.Â
Di dalam, ia mengagumi arsitektur dan gereja tersebut, hingga akhirnya fokus ia pun beralih ke kotak misterius di belakang kursi umat. Karena penasaran, Soleh pun membuka kotak tersebut, ia terbuat kaget karena isi kotak tersebut merupakan sebuah bom. Bom yang setiap detiknya semakin mendekati ledakan mengenaskan. Soleh pun diam membatu. Pikirannya dipenuhi dengan ketidakpastian, memori-memori yang ia miliki kembali seolah menghantuinya.Â
Dengan hati yang berat, Soleh mendekap bom tersebut, dan segera bergegas keluar gereja tersebut, ia berlari secepat mungkin tanpa melihat ke belakang. Hingga pada akhirnya, waktu yang tidak menentu pada bom tersebut berhenti, bom pun meledak dalam keadaan Soleh masih mendekap bom. Tanpa aksi heroik Soleh, ratusan korban jiwa dapat saja termakan, namun karena aksi Soleh, tragedi mengenaskan hanya berimbas kepada 1 orang saja.
Setelah menonton film ini, menurut saya pertunjukan dari semua aktor di film ini menonjol, dan dapat mengekspresikan perasaan mereka dengan cukup baik.Â
Menurut saya, setiap aktor maupun aktris dalam film ini dapat membuat kami sebagai penonton hanyut dalam perasaan-perasaan yang mereka rasakan pada saat itu, sehingga seolah-olah kami sedang berada di sepatu mereka. Pesan yang film ini coba sampaikan menurut saya juga dapat mudah dimengerti, walau tidak disebutkan secara eksplisit, kami sebagai penonton dapat mengetahui pesan yang mereka ingin kami petik.Â
Adanya penerjemahan dari kata-kata di bagian percakapan mereka menggunakan bahasa jawa, menurut saya sangat membantu penonton, terutama bagi mereka yang tidak bisa berbahasa Jawa. Tak hanya itu, menurut saya konflik-konflik yang dialami oleh setiap orang, terasa realistis dan dapat terjadi di kehidupan nyata. Sehingga, tidak terkesan terlalu imajiner, atau di ada-ada demi rekreasi.