Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Dikelola oleh Akbar Fauzan, S.Pd.I, Guru Milenial Lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta | Mengulik Sisi Lain Dunia Pendidikan Indonesia | Ketua Bank Sampah Sekolah, Teknisi Asesmen Nasional ANBK, Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri Diterbitkan Bentang Pustaka

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Relevansi Koran untuk Budaya Literasi di Sekolah

18 September 2024   09:31 Diperbarui: 19 September 2024   07:49 815
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Koran dipajang di mading sekolah dan bisa dibaca siswa untuk mengembangkan kemampuan literasi. (Foto: Akbar Pitopang)

Akankah koran bertahan di era digital ini? Jawabannya mungkin ada pada kemampuan kita menghargai informasi, dari manapun sumbernya, meski itu dari lembaran kertas koran.

Koran cetak yang ada di sekolah. (foto Akbar Pitopang)
Koran cetak yang ada di sekolah. (foto Akbar Pitopang)

Untuk Apa Sekolah Masih Berlangganan Koran?

Meski kita hidup di zaman serba digital, ada sekolah yang tetap setia berlangganan koran cetak, termasuk sekolah kami. Dengan menggunakan dana BOS, setiap pagi loper koran rutin mengantar edisi terbaru. 

Di ruang majelis guru, koran tersebut menjadi sumber informasi bagi beberapa guru yang masih menikmati pengalaman membaca berita di atas kertas. Namun, tak dapat dipungkiri, sebagian lainnya lebih memilih mengakses berita secara online melalui smartphone mereka.

Kehadiran koran cetak di sekolah kami sebenarnya lebih dari sekadar sarana informasi. Sebagai Ketua Bank Sampah di sekolah, saya mengambil peran penting dalam pengelolaan limbah kertas ini. Setiap hari, saya mengumpulkan koran-koran tersebut setelah selesai dibaca, lalu mengumpulkannya di tempat khusus. 

Ini adalah bentuk upaya kami untuk memanfaatkan kembali koran-koran tersebut secara bijak dan tidak langsung dibuang begitu saja.

Pemanfaatan koran cetak ini ternyata cukup beragam. Misalnya, ada guru atau siswa yang memanfaatkan lembaran koran untuk membersihkan kaca kelas atau untuk melap meja-meja yang kotor. Bahkan, bagi mereka yang aktif di kegiatan seni, koran ini sering digunakan sebagai media atau bahan membuat prakarya. Artinya, koran tetap memiliki fungsi meskipun peran utamanya sebagai sumber berita mulai bergeser.

Setelah terkumpul dalam jumlah yang cukup banyak, koran-koran ini kemudian disetor ke Bank Sampah untuk dijual dan tujuan akhirnya adalah didaur ulang.

Koran yang awalnya dianggap hanya sebagai sumber informasi yang sudah usang, ternyata masih dapat memberikan nilai ekonomi dan juga berkontribusi pada budaya pengelolaan sampah kertas.

Berlangganan koran di sekolah pun bisa dianggap sebagai bentuk dukungan terhadap industri media cetak yang terus beradaptasi dengan perkembangan zaman. 

Nah, dengan segala manfaatnya, tidak ada salahnya jika sekolah-sekolah tetap mempertahankan berlangganan koran cetak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun