Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Best Teacher 2022 dan Best In Specific Interest Nominee 2023 | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Forgive But Not Forget? Saatnya "Reset Emosi" Menuju Kebahagiaan Hakiki

11 Agustus 2024   00:52 Diperbarui: 11 Agustus 2024   01:01 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi | Sumber dari Pixabay

ilustrasi memaafkan. (pexels.com/Thirdman)
ilustrasi memaafkan. (pexels.com/Thirdman)

Sebuah Renungan: Memaafkan Lalu Melupakan Karena Manusia Tak Sempurna

Batin kita sering terjebak dalam dilema antara memaafkan dan melupakan. Memaafkan adalah sebuah tindakan mulia yang memungkinkan kita untuk melanjutkan hidup tanpa beban dendam. Namun, melupakan, itu adalah cerita lain. 

Tidak ada satu pun di antara kita yang sepenuhnya siap menghadapi rasa sakit, kekecewaan, atau disakiti. Wajar saja, karena manusia secara alami menghindari penderitaan. 

Tetapi dalam perjalanan hidup ini, rasa sakit adalah bagian tak terpisahkan yang pada akhirnya harus kita terima dengan pikiran dan hati terbuka.

Ketika kita disakiti, rasa sakit yang tertinggal bisa menjadi luka yang sulit disembuhkan. Mengingatkan kita pada ketidaknyamanan yang pernah terjadi. Ini adalah sifat dasar dari ingatan emosional yang tertanam dalam diri manusia.

Ada kalanya tanpa sengaja, kita menjadi pihak yang menyakiti orang lain. Ini adalah bagian dari dinamika hubungan antar manusia yang tidak bisa dihindari. Ketidaksempurnaan kita sebagai manusia membuat kita rentan untuk melakukan kesalahan. Dan ketika itu terjadi, kita berharap orang lain bisa memaafkan kita.

Seperti halnya kita yang kesulitan melupakan luka yang telah diterima, orang lain pun mungkin merasakan hal yang sama terhadap kesalahan yang kita lakukan. Proses memaafkan memang penting, tetapi mengharapkan mereka melupakan sepenuhnya memerlukan pemahaman mendalam dari kedua belah pihak.

Jadi, ketika kita memohon maaf, penting untuk menyadari bahwa maaf yang diberikan tidak serta merta menghapus jejak luka yang ada. Sebaliknya, itu adalah langkah pertama dalam membangun kembali kepercayaan yang telah goyah. 

Berdamai dengan kenyataan bahwa kesalahan dan rasa sakit adalah bagian dari perjalanan manusia, yang akan terus mengajarkan kita tentang nilai-nilai kehidupan dan pentingnya saling menghargai.

Ilustrasi (Foto: Shutterstock)
Ilustrasi (Foto: Shutterstock)

Memaafkan Lalu Melupakan, Proses yang Dipandu oleh Waktu

Memaafkan dan melupakan, dua kata ini sering dianggap sebagai satu paket. Namun, kenyataannya tidak selalu demikian. Kita bisa memaafkan seseorang, namun butuh waktu untuk benar-benar melupakan apa yang telah terjadi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun