Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Dikelola oleh Akbar Fauzan, S.Pd.I, Guru Milenial Lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta | Mengulik Sisi Lain Dunia Pendidikan Indonesia | Ketua Bank Sampah Sekolah, Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri Diterbitkan Bentang Pustaka

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Membongkar Mitos Fake Productivity pada Profesi Guru

6 Mei 2024   13:58 Diperbarui: 7 Mei 2024   17:11 600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang guru mengajar mata pelajaran secara daring di ruang kelas yang kosong di SD. (KOMPAS/PRIYOMBODO)
Seorang guru mengajar mata pelajaran secara daring di ruang kelas yang kosong di SD. (KOMPAS/PRIYOMBODO)

Guru dan dilema fake productivity

Tak hanya pekerja kantoran, bahkan para pendidik dan guru pun tak luput dari dampaknya. Fenomena ini muncul ketika seseorang lebih fokus pada pencitraan kegiatan yang terlihat produktif daripada substansi sebenarnya dari pekerjaan yang dilakukan.

Sebagai seorang pendidik atau guru, terjebak dalam fake productivity dapat berdampak negatif pada kualitas pendidikan dan atau pembelajaran yang disampaikan kepada anak didik. 

Apa saja wujud fake productivity pada guru?

Guru, misalnya, sering merasakan tekanan untuk terlihat produktif di hadapan siswa, rekan kerja dan staf kependidikan, maupun di mata Kepala Sekolah. 

Mereka mungkin tergoda untuk memperbanyak jumlah tugas tambahan, proyek, ataupun pelatihan, yang sebenarnya tidak relevan atau bermanfaat bagi perkembangan siswa. 

Hal itu hanya akan menciptakan lingkungan yang fokus pada kuantitas pekerjaan dan "status" daripada kualitas dalam pembelajaran atau tugas mengajar dan mendidik.

Bila guru terlalu fokus agar terlihat produktif, seringkali itu akan mengabaikan aspek kreativitas, refleksi, dan pemulihan atau aksi tindak lanjut yang penting untuk meningkatkan kinerja guru secara keseluruhan.

Selain itu, produktivitas palsu juga mendorong guru untuk mengorbankan keseimbangan hidup dan pekerjaan. Guru mungkin menghabiskan jam kerja yang panjang di kantor atau di depan komputer sesudah jadwal mengajar, tanpa memperhitungkan waktu istirahat yang cukup.

Ataupun, dibalik misi untuk tampak tetap produktif, guru yang terkena fake productivity malah terjebak dalam interaksi sosial yang kurang sehat misalnya ngumpul-ngumpul ngobrol ngalor-ngidul sambil ghibah/gossip. 

Dan penyebab fake productivity pada guru?

Guru merupakan pilar penting dalam pembentukan generasi penerus, namun guru juga rentan terhadap fenomena produktivitas palsu yang dapat mengganggu efektivitas pengajaran dan proses pendidikan. 

Beberapa penyebab terjadinya produktivitas palsu pada guru adalah:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun