Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | akbarpitopang.kompasianer@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Membongkar Mitos Fake Productivity pada Profesi Guru

6 Mei 2024   13:58 Diperbarui: 7 Mei 2024   17:11 572
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tengah tekanan untuk tampil produktif dalam dunia kerja yang semakin kompetitif, seringkali kita terjebak dalam jeratan produktivitas palsu atau yang dikenal dengan istilah "fake productivity". 

Salah satu ciri utama dari fake productivity adalah seseorang mungkin terlihat sangat sibuk dengan menyelesaikan banyak tugas, namun pada kenyataannya, apa yang dihasilkan tidak memenuhi standar yang diharapkan. 

Hal ini terjadi karena kurangnya perencanaan yang matang serta kurangnya fokus pada esensi dari setiap tugas yang dilakukan. Jadi, penekanannya adalah pada kuantitas daripada kualitas. 

Kebiasaan multitasking juga seringkali menjadi pemicu munculnya fake productivity. Meskipun mencoba efisien karena melakukan beberapa tugas sekaligus, namun penelitian telah membuktikan bahwa manusia sebenarnya tidak mampu untuk melakukan multitasking dengan baik. Akibatnya, kualitas pekerjaan pun memburuk, dan hasilnya menjadi tidak optimal.

Selain itu, tekanan dari atasan atau lingkungan kerja yang kompetitif juga dapat memicu terjadinya fake productivity. Dalam upaya untuk memenuhi target atau ekspektasi, seseorang menunjukkan kesibukan yang berlebihan alias "pencitraan". Bahkan jika itu berarti harus melakukan pekerjaan tambahan yang sebenarnya tidak terlalu berfaedah.

Penting untuk diingat bahwa produktivitas sejati bukanlah sekadar tentang seberapa banyak waktu yang dihabiskan di depan komputer atau seberapa banyak tugas yang diselesaikan dalam sehari. 

Lebih dari itu, produktivitas sejati berkaitan erat dengan pencapaian hasil yang nyata, berdampak, ada "value", dan memenuhi standar kualitas yang ditetapkan. 

Oleh karena itu, penting bagi setiap individu untuk memprioritaskan tugas-tugas yang benar-benar penting dan relevan dengan tujuan utama sebuah pekerjaan.

Dengan memahami dan mengenali gejala-gejala fake productivity, kita dapat mengambil langkah-langkah yang lebih bijaksana dalam mengelola waktu dan energi kita di tempat kerja. 

Yang terpenting, kita perlu mengubah paradigma kita tentang produktivitas. Yaitu dari sekadar mengejar angka-angka dan target-target, menjadi upaya nyata untuk mencapai hasil yang berkualitas dan "bernilai" yang signifikan bagi diri kita sendiri, bagi lingkungan kerja, serta bagi orang-orang di sekitar kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun