Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Dikelola oleh Akbar Fauzan, S.Pd.I, Guru Milenial Lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta | Mengulik Sisi Lain Dunia Pendidikan Indonesia | Ketua Bank Sampah Sekolah, Teknisi Asesmen Nasional ANBK, Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri Diterbitkan Bentang Pustaka

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Alih-alih Menjaga Reputasi, Sekolah Harus Terbuka Menuntaskan Dugaan Perundungan Siswa

29 Januari 2024   16:27 Diperbarui: 20 Februari 2024   18:18 705
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Misi menjaga reputasi nama baik sekolah memang telah menjadi agenda terselubung di setiap lembaga pendidikan. Sebenarnya bukan hanya di dunia pendidikan, tetapi juga di berbagai instansi lainnya. 

Menurut Helm et al. (2011), reputasi merupakan persepsi yang menggambarkan keseluruhan perilaku organisasi serta hubungannya dengan para stakeholder yang terbentuk seiring dengan berjalannya waktu. [sumber] 

Dan saya turut menyimpulkan bahwa reputasi bukanlah sesuatu yang diperoleh dengan mudah, melainkan hasil dari konsistensi dalam menjaga pencapaian positif, meraih prestasi, dan memelihara dukungan kepercayaan yang diberikan oleh berbagai pihak terhadap lembaga tersebut.

Di tengah tuntutan masyarakat dan adanya risiko di era media sosial yang memudahkan penyebaran informasi, menjaga reputasi sekolah bukanlah perkara sepele. 

Sebelum semuanya menjadi "ambyar," maka ada beberapa langkah strategis yang dapat diambil untuk membangun dan menjaga nama baik sekolah.

1. Fokus dalam upaya mendidik dan pendidikan karakter

Pendidikan bukan hanya sebatas transfer ilmu, tetapi juga membentuk karakter siswa. Siswa harus terlibat dalam pembelajaran yang tidak hanya kognitif, tetapi juga memperkuat nilai-nilai moral, etika, dan tanggung jawab sosial.

Hal itu akan menciptakan siswa yang lebih berkarakter dan berakhlak mulia sehingga akan berkontribusi positif pada reputasi sekolah.

Membangun reputasi sekolah melibatkan aspek karakter dan nilai-nilai yang ditanamkan kepada siswa. 

Bila siswanya berkarakter dan meresapi nilai-nilai moral, maka sudah jelas sekolah dapat membangun reputasi yang kuat.

2. Pengawasan perilaku siswa dengan tegas dan ketat

Melalui implementasi aturan dan pengawasan yang ketat terhadap perilaku siswa, sekolah dapat menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung. Mengatasi potensi masalah karakter atau perilaku sejak dini dapat mencegah dampak negatif pada reputasi sekolah.

3. Peningkatan integritas dan kesungguhan pendidik

Guru dan staf pendidik memegang peran kunci dalam membentuk reputasi sekolah. Peningkatan integritas dan komitmen terhadap pembelajaran yang holistik adalah bentuk partisipasi aktif dari pendidik dalam pengembangan program-program positif. 

Upaya ini dapat meningkatkan kepedulian dan kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pendidikan.

4. Sinergitas dan berkolaborasi dengan orangtua

Kerjasama yang erat melalui kolaborasi guru dan orangtua merupakan upaya yang sangat penting dalam menjaga reputasi sekolah. 

Sekolah harus memilih berkomunikasi secara terbuka mengenai perkembangan siswa, mengajak partisipasi orangtua dalam kegiatan sekolah, dan mengatasi masalah anak didik secara bersama-sama.

Berkomunikasi secara terbuka dan transparan menjadi kunci penting dalam menghadapi masalah atau tantangan yang mungkin muncul. 

Sikap proaktif dalam memberikan informasi kepada orangtua murid dan masyarakat bila membutuhkan, serta menunjukkan tanggung jawab penuh terhadap masalah yang terjadi.

Ilustrasi. Seorang anak dibonceng ibunya melintasi mural bertema hentikan perundungan di Semper Barat, Cilincing, Jakarta Utara. (Agus Susanto/Kompas)
Ilustrasi. Seorang anak dibonceng ibunya melintasi mural bertema hentikan perundungan di Semper Barat, Cilincing, Jakarta Utara. (Agus Susanto/Kompas)

Melalui strategi-strategi ini, sekolah dapat membangun benteng reputasi yang kuat. Dengan mengutamakan pendidikan karakter, mengawasi perilaku siswa, meningkatkan integritas pendidik, dan berkolaborasi dengan orangtua, itu semua bukan hanya menjadi langkah-langkah pencegahan, tetapi juga fondasi yang mendukung perkembangan dan kemajuan sekolah dalam menghadapi setiap tantangan yang mungkin muncul.

Sebelum semuanya terlambat, serta sebelum nasi berubah menjadi bubur, (hendaknya) sekolah dapat meminimalkan risiko agar tetap dapat mempertahankan reputasinya.  

Sejatinya, upaya sekolah menjaga reputasi dan nama baik sekolah bukan semata-mata hanya tentang memastikan bahwa pencapaian positif yang dicapai tidak hanya mengharapkan apresiasi masyarakat.

Akan tetapi juga menjadi pijakan yang kokoh untuk menyelesaikan setiap tantangan yang mungkin timbul dalam sebuah perjalanan berharga di dunia pendidikan.

*****
Salam berbagi dan menginspirasi.
== Akbar Pitopang ==

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun