Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Best Teacher 2022 dan Best In Specific Interest Nominee 2023 | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Bekali Siswa Keterampilan Debat Perspektif Kurikulum Merdeka

9 Januari 2024   17:01 Diperbarui: 10 Januari 2024   01:43 773
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Upaya membangun generasi yang menghargai perbedaan demi keutuhan bangsa dan negara. (foto Akbar Pitopang)

Komentar-komentar tersebut tidak hanya mengomentari penampilan, tetapi juga seringkali mengundang perdebatan dengan pendukung paslon lainnya.

Mengakses media sosial kadang membuat kita merasa heran, miris, dan prihatin melihat perdebatan di dunia maya yang semakin "menjadi-jadi". 

Fenomena "debat kusir" yang dilakukan oleh para pendukung paslon terkadang tidak hanya terfokus pada substansi permasalahan, melainkan lebih kepada serangan pribadi, hinaan, dan bahkan provokasi. 

Hal ini menciptakan atmosfer yang kurang kondusif untuk mendiskusikan gagasan dan solusi konstruktif. Lantaran semuanya tidak ada yang mau kalah dan mengalah.

Sesi debat yang awalnya menjadi sarana diskusi dan pertukaran pandangan, kini semakin meluas dan melebar ke kolom komentar sebuah postingan di media sosial. 

Sayangnya, banyak dari mereka yang terlibat dalam perdebatan ini kurang memiliki literasi yang memadai, gagasan yang mendalam, dan dasar argumentasi yang komprehensif. 

Sehingga ini hanya menggambarkan citra media sosial di Indonesia sebagai arena berdebat yang penuh emosi dan kurang mendukung pembangunan pemahaman yang lebih baik.

Penting bagi kita sebagai pengguna media sosial untuk tetap menjaga etika dalam berdebat. Dengan saling menghormati perbedaan pendapat, dan fokus pada substansi isu yang diangkat. 

Sebuah diskusi (baca: debat capres-cawapres) yang konstruktif dapat membantu masyarakat memahami lebih baik ideologi dan rencana kerja setiap paslon. 

Dengan memperkuat literasi dan kesadaran akan etika berdiskusi, kita dapat menciptakan ruang debat yang lebih produktif dan bermakna, baik di dunia maya maupun di dunia nyata.

Hendaknya dan sebaiknya memang demikian. Apakah Anda setuju?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun