Orangtua sebagai teladan, harus membimbing anak-anak mereka untuk menghormati dan mendukung teman-teman sekelas yang mungkin memiliki tantangan fisik tertentu.Â
Sekolah juga memiliki peran penting dalam menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung supaya bullying dan body shaming tidak dapat bertahan dan berkembang.
Memperkuat rasa hormat, empati, dan toleransi di kalangan generasi muda adalah langkah terus-menerus yang sangat penting untuk dilakukan oleh orangtua kepada anak.Â
Kita berharap bahwa kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih baik dan lebih inklusif bagi anak-anak kita, di mana setiap individu dihargai dan dihormati, tanpa memandang fisik atau kemampuan mereka.Â
Berbagai kasus dan kisah nyata yang telah diungkapkan harus menginspirasi kita semua untuk bergerak, tidak hanya sebagai individu, tetapi sebagai masyarakat yang peduli.Â
Melalui upaya bersama, kita dapat mengambil tindakan proaktif untuk menghentikan budaya bullying dan body shaming.Â
Dengan demikian, harapannya semoga kita dapat mewujudkan masyarakat yang lebih ramah, berempati, dan penuh dukungan bagi semua.
Kisah ini seharusnya menjadi cambuk bagi kita semua untuk lebih peduli dan berperan aktif dalam menghentikan budaya bullying dan body shaming, serta mempromosikan rasa hormat, empati, dan toleransi di antara kita semua.Â
Hanya dengan upaya itu, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih humanis bagi kita dan bagi generasi, baik di sekolah maupun di mana pun berada.
Bukankah fisik dan segala apa yang ada di diri kita adalah anugerah terindah dari Allah SWT?
Semua orang ingin dihargai, di mana setiap individu dihormati tanpa memandang fisik atau kekurangan mereka. Karena kita semua pasti punya kelebihan dibalik kekurangan yang tampak.
Literasi terkait di Kompas.com: 1, 2, 3, 4.
*****
Salam berbagi dan menginspirasi.
== Akbar Pitopang ==
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H