Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Best Teacher 2022 dan Best In Specific Interest Nominee 2023 | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Mengatasi Body Shaming, Wujudkan Sekolah Aman Bebas Bullying

25 Oktober 2023   05:57 Diperbarui: 26 Oktober 2023   08:04 1077
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi body shaming . (Sumber: iStock/nicoletaionescu)

Pendidikan karakter yang dimulai dari orangtua memang sangat penting dan menjadi satu bagian dari solusi. 

Jelas perlu pendekatan holistik yang melibatkan institusi pendidikan, orangtua, dan masyarakat secara keseluruhan untuk melawan efek negatif atau dampak merugikan dari bullying.

Orangtua atau keluarga memiliki peran kunci dalam pencegahan bullying. Namun secara sadar atau tidak, faktor ini juga dapat menjadi penyebab tersembunyi dari maraknya bullying.

Peran orangtua sebagai "role model" dan segala tindakannya pasti akan mempengaruhi karakter dan kepribadian dari anak-anaknya.

Hal krusial yang perlu diajarkan di rumah yakni pola komunikasi dan nilai-nilai yang membentuk karakter anak-anak guna membimbing mereka tentang cara menghormati orang lain dan sekali-kali bersikap merendahkan. 

Memang sudah seharusnya seperti itulah yang dilakukan oleh para orangtua terhadap anak-anaknya. Hampir pada umumnya sudah seperti itu.

Hanya saja, ketika orangtua memberikan dukungan emosional kepada anak-anaknya, ada tindakan bullying yang dilontarkan kepada anak orang lain.

Masih banyak orangtua yang belum sepenuhnya menyadari tanda-tanda bullying, atau mungkin dikesampingkan hanya karena ego sepihak.

Based on true story, kisahnya seperti ini. 

Di sekolah ada ekstrakurikuler beladiri. Siswa yang mengikutinya ada yang bertubuh agak berisi sehingga terkadang kesulitan mempraktikkan gerakan seperti mengangkat badan atau dengan kata lain pergerakannya menjadi sedikit terbatas dibanding siswa lainnya. 

Nah, ada di antara orangtua yang menyaksikan anaknya latihan belajar beladiri, malah menyoraki siswa yang bertubuh lebih berisi ini karena tidak berhasil menampilkan gerakan jurus beladiri, dengan cara melontarkan kata-kata yang menyerang fisik atau body shaming. 

Hal demikian dilakukan wali murid tersebut tidak hanya sekali. Di lain kesempatan, juga kembali membully dengan cara body shaming.

Fenomena body shaming oleh wali murid di lingkungan sekolah

Kisah yang diceritakan merupakan salah satu contoh nyata dari bagaimana masalah bullying dan body shaming merajalela dalam kehidupan sehari-hari. merupakan cerminan dari permasalahan dalam masyarakat kita, di mana penghinaan fisik dan perilaku merendahkan masih menjadi-jadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun