Kasus ini menyoroti pentingnya orangtua mendidik karakternya sendiri terlebih dahulu. sembari peran orangtua dalam membentuk perilaku anak-anak mereka.Â
Body shaming tidak hanya merusak kepercayaan diri seorang anak, tetapi juga bisa berdampak jangka panjang pada kesehatan mental dan fisik mereka.
Dalam kehidupan sosial masyarakat, kita harus berusaha untuk wajib memahami dan menerima perbedaan fisik dan kemampuan setiap individu.Â
Waspada body shaming, stop bullying oleh orangtua "toxic"
Dari penuturan pengalaman di atas, kita menyadari bahwa ternyata banyak di antara orangtua yang tindakannya menjadi akar dari aksi bullying, baik kepada anak sendiri maupun ke anak orang lain, meski dianggap sekecil apapun itu bentuknya.
Jadi, sudah selayaknya bagi para orangtua di luar sana untuk menyadari dengan penuh segala tindakannya.Â
Celetukan atau candaan orangtua kepada anak-anak zaman now di masa kini sepertinya memang harus benar-benar difilter.Â
Dengan cara itu, para orangtua dapat berkontribusi memutus aksi bullying bagi para generasi penerus. Karena bila bukan menjadi pelaku, maka anaknya bisa saja malah menjadi korban.
Anak menjadi pelaku lantaran sering mengamati tindakan orangtua ketika bercanda tapi melakukan body shaming yang tidak peka kekerasan verbal. Sedangkan anak menjadi korban karena minimnya edukasi dibanding perlakuan diskriminasi yang diterima dari orang-orang terdekatnya.
Untuk itu, di bawah ini ada beberapa hal yang perlu kita cermati ulang tentang bagaimana para orangtua atau pihak keluarga bersikap dengan sadar dan bijak, demi terhindar dari fenomena bullying.
Menjaga karakter dan peran orangtua dalam membentuk perilaku/tindakannya yang bebas bullying sangat penting dalam upaya mengatasi masalah bullying dan body shaming.Â
Ketika orangtua menjadi teladan yang baik dalam menghormati perbedaan, anak-anak pun akan lebih mungkin menginternalisasi nilai-nilai tersebut.Â