Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Best Teacher 2022 dan Best In Specific Interest Nominee 2023 | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Kenali "Masturbasi Infantil" dan Cegah Kekerasan Seks pada Anak sejak Dini

19 September 2023   14:35 Diperbarui: 19 September 2023   19:28 1962
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mastrubasi pada balita atau anak-anak di bawah usia pubertas. (via Kompas.com)

Kenali dan amati perilaku anak usia dini yang mengarah pada masturbasi infantil. (sumber: Pexels.com/ Caled Oquendo)
Kenali dan amati perilaku anak usia dini yang mengarah pada masturbasi infantil. (sumber: Pexels.com/ Caled Oquendo)

Bila ditemukan masturbasi pada siswa di tingkat dasar

Masturbasi adalah topik sensitif dalam pengasuhan anak, terutama ketika muncul pada usia yang sangat muda. Namun, penting bagi orang tua dan guru untuk memahami bahwa fenomena ini dapat terjadi sebelum anak memasuki masa pubertas. 

Ini dikenal sebagai "masturbasi infantil," yang pertama kali dilaporkan oleh Still pada awal abad ke-20. dan sejak itu telah diakui secara luas oleh kalangan medis. [sumber]

Masturbasi infantil adalah perilaku seksual yang terjadi pada bayi dan anak-anak di bawah usia pubertas. Ini sering kali muncul sebagai reaksi alami terhadap sensasi yang mereka rasakan pada area genital mereka. Ini adalah bagian dari eksplorasi tubuh yang normal.

Bahkan baru-baru ini, saya mendengar kabar tentang seorang siswa laki-laki kelas 3 SD yang kedapatan melakukan aktivitas masturbasi ini di kelas ketika teman-temannya sibuk dalam dinamika kelas. Dia melakukannya layaknya aktivitas biasa hanya dengan menggesekkan area vitalnya ke bagian meja area dekat mulut laci dan tidak ada seorang temannya yang paham akan hal itu. 

Bagaimana seharusnya guru merespons fenomena ini dengan bijak?

Tanda-tanda masturbasi anak yang dapat terjadi misalnya anak mungkin sering menyentuh atau memegang area genital mereka. Ini bisa terlihat seperti aktivitas yang rutin namun tidak disengaja.

Namun, untuk kasus pada siswa kelas 3 tadi, ia melakukannya dengan menggesek-gesekkan kelaminnya tersebut ke sudut meja dekat area laci. Nah, guru jangan sampai gagap dan gugup menyikapi fenomena ini. Saat melihat perilaku seperti yang saya sebutkan, guru dapat berbicara dengan anak tersebut secara pribadi lalu melibatkan orang tua untuk mencari solusi yang paling relevan.

Kesigapan penanganan kasus marturbasi anak gunanya demi mencegah berbagai bentuk kekerasan yang dapat terjadi di sekolah. Hal tersebut merupakan tanggung jawab semua pihak di satuan pendidikan.

Dengan disahkannya Permendikbud No 46 Tahun 2023 terkait Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan, apa yang telah disampaikan merupakan bagian dari langkah-langkah preventif dalam menangani masturbasi anak usia dini dan mencegah kasus kekerasan seksual yang mungkin terjadi di lingkungan sekolah.

Orangtua perlu membicarakan secara terbuka dan responsif mengenai pengalaman seksual yang dialami anak. (Sumber: Forgingbonds.org)
Orangtua perlu membicarakan secara terbuka dan responsif mengenai pengalaman seksual yang dialami anak. (Sumber: Forgingbonds.org)

Bagaimana orangtua menghadapi kasus masturbasi anak?

Masturbasi anak yang dilakukan sebelum masa pubertas bisa jadi muncul karena anak tersebut sedang menjelajahi tubuhnya sendiri. Ini adalah bagian dari perkembangan seksual mereka. Namun, penyebabnya juga bisa bervariasi pada setiap anak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun