Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Best Teacher 2022 dan Best In Specific Interest Nominee 2023 | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Menepis Quiet Quitting dan Quiet Firing dengan Prinsip "Simbiosis Mutualisme"

26 September 2022   10:05 Diperbarui: 26 September 2022   10:20 530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Belakangan bekerja secukupnya menjadi tren di kalangan generasi Z. Tujuannya adalah untuk memulihkan kondisi fisik hingga mental (Foto: Shutterstock via kompas.com)

Karena sejatinya hubungan yang sebenarnya harus dibangun dan dirawat dengan baik di lingkungan kerja antara pekerja dengan perusahaan adalah keterkaitan dan ketergantungan satu sama lain.

Bahwa kedua belah pihak saling membutuhkan dan memberikan keuntungan serta manfaat untuk mereka satu sama lain.

Hubungan yang sebenarnya harus diciptakan di dunia kerja adalah simbiosis mutualisme, bukan saling menyalahkan atau meninggikan ego masing-masing pihak.

Ilustrasi kesepakatan dan kelancaran komunikasi di dunia kerja (Sumber: MangoStar Studio via Kompas.com)
Ilustrasi kesepakatan dan kelancaran komunikasi di dunia kerja (Sumber: MangoStar Studio via Kompas.com)

Untuk itu, hal penting yang harus dicapai oleh pekerja dan pihak perusahaan adalah pola komunikasi dua arah yang tersalurkan dengan baik yang penuh dengan aspirasi dan inspirasi.

Antara pekerja dengan pihak perusahaan sebenarnya dapat diibaratkan bagaikan ibu dan anak atau bahkan bagaikan matahari dan bumi, saling membutuhkan dan bergantung satu sama lain.

Pekerja membutuhkan perusahaan dan menggantungkan asa dan harapannya kepada perusahaan sebagai lahan basah atau sumber penghasilan.

Lebih dari itu, tentu pekerja menjadikan perusahaan tempatnya bekerja sebagai wadah pengembangan kompetensi, skill dan personal branding untuk aktualisasi diri yang berujung kepada pertumbuhan karir dan masa depan.

Sedangkan perusahaan jelas membutuhkan pekerja untuk memenuhi target-target yang telah ditentukan yang hendak dicapai sebagai bentuk eksistensi perusahaan.

Ketika perusahaan dapat menggerakkan roda semangat dan motivasi di diri para pekerja, maka tentu saja pekerja dapat saling bersinergi mencapai tujuan perusahaan demi kepentingan bersama. Ketika perusahaan meraih profit tentu tingkat kesejahteraan pekerja dapat lebih diperhatikan.

Kesejahteraan pekerja tidak hanya dinilai dari segi finansial, namun juga dari segi emosional dan mental.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun