Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Dikelola oleh Akbar Fauzan, S.Pd.I, Guru Milenial Lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta | Mengulik Sisi Lain Dunia Pendidikan Indonesia | Ketua Bank Sampah Sekolah, Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri Diterbitkan Bentang Pustaka

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pemuda Indonesia (Masih) Memegang Nilai Kebajikan dalam Kehidupan

28 Juli 2022   06:08 Diperbarui: 28 Juli 2022   06:30 532
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kebajikan. (Unsplash/Toa Heftiba)

Berbekal penunjuk arah via Google Map, penulis menuju lokasi tujuan dengan sigap. Namun, karena penulis baru pertama kali memasuki daerah atau lokasi tersebut sehingga banyak waktu yang habis di jalan hanya untuk mencari titik lokasi kediaman penjual.

Akhirnya setelah berkutat dengan Google Map disertai bertanya kepada warga lokal akhirnya penulis bisa menemukan lokasi tersebut. Sayangnya, waktu sudah semakin mepet. Waktu yang tersisa sangat terbatas sehingga penulis tidak memiliki banyak waktu untuk mengecek kondisi sepeda anak yang hendak dibeli tersebut secara detail. 

Meskipun pengecekan kondisi fisik sepeda dilakukan secara sepintas lalu tapi penulis sudah cukup yakin dan memutuskan untuk membeli sepeda anak tersebut sejurus dengan itu langsung menyerahkan uang kepada penjualnya. 

Nah, karena waktu sudah semakin mepet maka penulis langsung buru-buru menyudahi proses transaksi jual-beli dan langsung menghidupkan motor dan langsung pergi berlalu.

Kala itu penulis mengenakan jaket yang memiliki saku bagian bawah di kedua sisinya yang dapat ditutup dengan resleting. 

Pada saat itu penulis benar-benar tidak sadar apakah handphone sudah disimpan dengan baik dan aman di dalam saku jaket dengan terlebih dahulu dieratkan resletingnya. Secara pribadi memang "doyan" meletakkan handphone di saku jaket yang berwarna kuning itu karena sakunya lebih luas juga sehingga terasa lebih plong.

Saku jaket tersebut memang dirasa cukup aman karena memiliki resleting sehingga dapat terhindar dari potensi jatuh atau tercecer.

Selang beberapa waktu setelah shalat Jum'at ketika kami memerlukan handphone untuk menengok informasi waktu terkini. Akhirnya barulah kami tersadar bahwa handphone telah tercecer entah dimana rimbanya.

Penulis bener-bener tak menyangka jika ternyata handphone tersebut yang mungkin telah tercecer di jalan. Padahal biasanya sebelum berkendara, kami akan memastikan dimana posisi handphone berada. Apakah ia berada di saku celana, di saku jaket, maupun disimpan di dalam tas. Gunanya untuk menghindari handphone tersebut dari potensi tertinggal.

Mungkin saat itu fokus perhatian sudah bercabang-cabang sehingga penulis terindikasi telah lupa memastikan untuk merapatkan resleting saku jaket yang dikenakan.

Akibat kecerobohan tersebut lah akhirnya handphone menjadi tercecer di jalan. Penulis yakin handphone itu telah tercecer karena penulis sudah melakukan proses pencarian dengan mengecek keberadaannya mulai dari saku jaket, lalu saku celana hingga mengecek dengan sungguh-sungguh semua bagian atau ruang di dalam tas. Bahkan kami juga coba cek di saku motor manatahu secara tak sengaja handphone diletakkan di sana. Ternyata penulis gagal menemukan keberadaan handphone yang dimaksud. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun