Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Akun ini dikelola Akbar Fauzan, S.Pd.I

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pemuda Indonesia (Masih) Memegang Nilai Kebajikan dalam Kehidupan

28 Juli 2022   06:08 Diperbarui: 28 Juli 2022   06:30 532
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kebajikan. (Unsplash/Toa Heftiba)

Masih adakah anak muda yang memegang nilai-nilai kebaikan dalam kehidupannya saat ini?

Di era globalisasi yang penuh dengan disrupsi di segala bidang, banyak pihak menganggap bahwa sepertinya nilai-nilai kebaikan dalam diri seorang anak muda sudah seperti barang langka. 

Apakah memang seperti itu yang terjadi saat ini? Bisa saja hal demikian terjadi, lantaran pola pergaulan anak muda saat ini yang seringkali melampaui batas. 

Namun, tunggu dulu! Jangan khawatir, anak muda zaman now masih banyak kok yang berkarakter atau masih memegang nilai-nilai kebaikan. 

Seperti apa kisahnya, akan penulis ceritakan pada kesempatan kali ini.

Ini adalah kisah inspiratif tentang keberadaan anak muda zaman now yang ternyata masih memegang hal baik di dalam hidupnya. Pada beberapa waktu yang lalu penulis secara pribadi mengalami suatu kejadian tak terduga yakni kehilangan separuh nafas dalam hidup ini atau tepatnya kehilangan handphone.

Setelah kurang lebih sudah 12 tahun penulis menggunakan handphone pribadi semenjak selepas lulus SMA dan hendak jadi mahasiswa perantauan. Sejak saat itu hingga sekitar sebulan kemarin, yang namanya handphone selalu dalam genggaman dan jangkauan. 

Kronologis kejadian yang tak terduga ini terjadi pada hari Jum'at atau lebih tepatnya sebelum pelaksanaan ibadah shalat Jum'at.

Saat itu penulis hendak membeli sepeda untuk putra kami yang baru satu-satunya. Penulis pun hanya berangkat seorang diri. Sedang antara penulis dan penjualnya sebelumnya sudah janjian via chat untuk segera bertemu. 

Di hari yang cerah itu, penulis pulang dari tempat bekerja sekitar pukul 11.00 WIB dan langsung tancap gas ke lokasi yang telah dijanjikan. Alasan penulis langsung menuju tempat transaksi pembelian sepeda anak ini lantaran selepas shalat Jum'at penulis ada kegiatan lain berupa pelatihan yang harus diikuti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun