Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Best Teacher 2022 dan Best In Specific Interest Nominee 2023 | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mainan VS Gadget: Ketika Uang THR Anak Berujung Malapetaka

8 Mei 2022   15:31 Diperbarui: 10 Mei 2022   11:32 405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pengelolaan uang THR anak (via pluang.com)

Momen lebaran sangat identik dengan budaya pemberian THR (Tunjangan Hari Raya) bagi anak-anak. Budaya ini sudah berjalan dari dulu hingga sekarang.

Pemberian THR ini biasa dilakukan ketika ada teman atau saudara kita yang datang bertamu ke rumah untuk bersilaturahim.

Pun ketika kita bertamu ke tempat saudara atau teman, kita akan memberikan THR untuk anak-anaknya yang masih kecil atau berada di bangku sekolah.

Pemberian THR kepada anak-anak ini bisa sebagai wadah apresiasi karena telah mau belajar berpuasa. Bahkan ada anak yang bisa berpuasa full tanpa batal selama sebulan penuh.

Atau bisa jadi pemberian THR kepada anak-anak sebagai bentuk pemberitahuan kepada masyarakat kalau seseorang itu sudah bekerja dan mendapatkan hasil yang layak sehingga bisa membagikannya.

Walaupun tidak ada seorang pun yang akan memberikan alasan seperti itu. Tapi secara tidak langsung bisa kita anggap seperti itu. Dan itu sah-sah saja. Asalkan tidak pamer dan berlebihan.

Dan anak-anak jaman now ketika lebaran tiba akan menjadikannya sebagai momentum menambang penghasilan. THR bisa jadi dana segar untuk ditabung atau untuk membeli sesuatu, misalnya mainan.

Walaupun terkadang anak-anak hanya pergi berkunjung ke tempat saudaranya saat lebaran tanpa mengulurkan tangan meminta THR. Tapi tuan rumah tanpa disuruh akan memberikan THR kepada anak-anak secara cuma-cuma.

Ketika lebaran berakhir atau masih pada saat lebaran berlangsung, saatnya menghitung pundi-pundi rupiah yang terkumpul dari penerimaan THR untuk anak-anak.

THR jaman now (Dokumentasi Pribadi)
THR jaman now (Dokumentasi Pribadi)
Kemarin saja waktu penghitungan THR yang diterima oleh ponakan saya jumlahnya cukup fantastis. Totalnya mencapai tiga ratus ribu lebih.

Padahal ponakan saya cuma diam dirumah tidak berkeliaran ikut teman-temannya yang lain. Dan hanya menerima THR dari tamu-tamu yang datang kerumah.

Lalu uang THR yang sudah terkumpul sebanyak itu kira-kira mau digunakan untuk apa? Apakah akan dibelanjakan untuk misalnya membeli mainan. Atau mungkinkah uang THR tersebut akan ditabung atau disimpan oleh orang tuanya.

Khusus untuk kakak saya sendiri sudah terbiasa membiasakan ponakan-ponakan saya untuk tidak menghambur-hamburkan uang THR yang mereka dapat saat lebaran.

Kakak saya mengarahkan anak-anaknya untuk menyimpan uang THR tersebut ke tabungannya. Karena sudah dibiasakan seperti itu maka tidak ada anak-anaknya yang komplain. Bahkan anaknya laki-laki yang masih kelas 6 SD juga menyetujui masukan orang tuanya itu.

Ataupun jika hendak dibelikan sesuatu maka anak-anaknya diajarkan untuk belajar mempertimbangkan maksudnya tersebut apakah itu sebuah kebutuhan atau keinginan semata.

Menanamkan kesadaran untuk belajar menabung kepada anak-anak pada momen penerimaan THR ini merupakan salah satu cara yang tepat untuk diajarkan sedini mungkin.

Apalagi khususnya bagi anak-anak yang sudah berada di bangku sekolah seperti PAUD hingga SD. Kebanyakan dari mereka sudah tidak menginginkan untuk membeli mainan lagi.

Biasanya anak-anak seusia itu sudah punya target atau sesuatu yang ingin dimiliki. Misalkan anak-anak mau menabung karena nanti uangnya mau digunakan untuk membeli sepeda, sepatu atau tas baru. Bahkan untuk membeli gawai seperti handphone.

Selain itu, anak-anak seusia itu ingin membelajakan uang THR mereka untuk membeli hewan peliharaan seperti ikan, kelinci atau kucing.

Bagi anak-anak yang sudah punya hewan peliharaan, maka biasanya mereka akan membelanjakan uang THR untuk membelikan hewan perliharaannya makanan atau pakan.

Portet anak dan kucing peliharaannya - Dia Sekala Bumi. (Instagram) 
Portet anak dan kucing peliharaannya - Dia Sekala Bumi. (Instagram) 

Ponakan saya yang paling kecil bahkan dua tahun lalu dibelikan sepeda dari uang THR yang sudah dikumpulkan setiap tahun. Walaupun dana untuk membeli sepeda tidak sepenuhnya dari uang THR yang terkumpul. Tapi ditambahkan dananya dari orang tua.

Sehingga uang THR ini terasa sangat bermanfaat dan memiliki arti tersendiri dalam pandangan masyarakat pada umumnya. Maka pemberian THR ini pasti diharapkan terus ada dan ditunggu-tunggu oleh anak-anak atau bahkan oleh para orang tua.

Sekali lagi hal itu sah-sah saja. Karena tradisi pemberian THR salah satu budaya positif saat lebaran. Anda dan kita semua yang memberikan THR untuk anak-anak tentu memberikannya secara spontan dan terencana tanpa ada maksud apapun.

Bagi kita semua yang sudah dewasa yang memberikan THR untuk anak-anak tentu akan belajar juga bagaimana bersikap ikhlas dan tidak pamer. Sebuah pembiasan sikap yang baik untuk kehidupan sosial.

Nah, disamping membelajakanan uang THR anak-anak untuk dibelikan barang-barang bermanfaat seperti yang disampaikan diatas. Ada juga para orang tua yang terjebak suasana dan drama anak-anak.

Beberapa kasus yang pernah terjadi adalah ketika uang THR ini digunakan untuk membeli gawai seperti handphone. Anak jaman now memang suka sekali bermain gadget.

Ditambah di masa pandemi kemarin bahwa pembelajaran dilakukan secara daring. Pemberian materi pelajaran beserta tugas-tugas yang akan dikerjakan oleh siswa semuanya dilakukan secara daring atau online.

Keadaan darurat seperti itu dimanfaatkan oleh anak-anak untuk melancarkan strateginya membujuk para orang tua untuk mau memfasilitasi PBM daring dengan kestersediaan perangkat pembelajaran berupa handphone ini.

Apalagi jika kebetulan anak-anak punya dana simpanan dari hasil tabungan atau pengumpulan uang THR yang dilakukan selama ini. Maka mereka akan semakin menjadi-jadi dalam melakukan aksi untuk menarik perhatian orang tuanya agar dibelikan handphone.

Ketika anak-anak sudah menyampaikan berbagai alasan dengan dalih handphone akan digunakan untuk pembelajaran daring. Mau tak mau, para orang tua pasti akan luluh juga. Hal itu demi kebaikan anak agar dapat menerima pelajaran yang disampaikan guru secara daring dengan baik.

Ketika anak-anak sudah merasa berkuasa atas handphone yang dibeli dari uang tabungan dana THR mereka selama ini. Maka mereka akan sesuka hati memanfaatkan handphone tersebut.

Ketika kondisinya suda demikian maka para orang tua harus segera beraksi memberikan ketegasan dalam bentuk aturan penggunaan handphone dirumah.

Perlu adanya pengaturan waktu yang jelas terkait kapan handphone digunakan untuk belajar. Dan kapan pula handphone boleh digunakan untuk mengakses internet atau untuk entetainment lainnya.

Ilustrasi (Shutterstock.com) 
Ilustrasi (Shutterstock.com) 
Jika orang tua tidak mengambil langkah konkret sedari awal maka hal ini dapat menjadi bumerang yang berujung kepada malapetaka.

Kami pernah bersentuhan langsung bahkan ikut menangani permasalahan terkait malapetakan yang diakibatkan oleh penggunaan handphone oleh anak-anak  ini.

Karena orang tua terlalu sibuk dengan aktifitasnya dalam bekerja sebagai upaya mencukupi kebutuhan primer atau kebutuhan pokok bagi anak-anak. Sehingga kemudian sampai lupa bahwa anak-anak sangat memerlukan pengawasan terkait berbagai aktifitas yang mereka lakukan.

Ilutrasi anak bisa mengakses apapun ketika bersama temannya (Dokumentasi pribadi)
Ilutrasi anak bisa mengakses apapun ketika bersama temannya (Dokumentasi pribadi)
Pada kasus tersebut, si anak ketahuan telah mengakses konten video porno di handphone-nya. Hal ini dibuktikan dari rekaman histori penjelajahan situs di handphone. Sehingga seharusnya si anak tidak bisa berkilah lagi dengan seribu alasan.

Tapi si anak berdalih bahwa handphone tersebut dipinjam oleh temannya dan ia tidak ikut menonton video porno tersebut. Apa mungkin hal itu bisa masuk akal bagi kita para orang dewasa?

Sepertinya mustahil jika si anak tak ikut menyaksikan video porno bersama teman-temannya. Sudah jelas bahwa anak-anak sangat mudah terpengaruh oleh temannya.

Kita semua telah sama-sama menyadari bahwa ketika anak-anak sudah terpapar konten porno maka akan memberikan efek buruk kepada pola tingkah laku dan kecerdasan si anak.

Bagaimana cara menyikapi atau solusi nyata ketika anak kita ternyata ketahuan mengakses konten porno di handphone-nya? Beberapa cara bisa dilakukan oleh para orang tua untuk membentengi anak-anak dari paparan konten porno ini.

Sebagaimana telah kita ulas sebelumnya pada artikel bertajuk Tanggung Jawab Semua Pihak Hindarkan Anak Terpapar Konten Porno dan juga pada artikel Anak Terpapar Konten Porno dari Medsos, Berikut Langkah Preventif Orang Tua. Harap para orang tua simak informasinya dengan bijak.

Hmm, begitulah kira-kira yang terjadi ketika dana THR anak-anak dialokasikan untuk membeli handphone. Sebenarnya keberadaan handphone boleh saja asalkan dicermati dengan pendalaman keterampilan para orang tua memahami seluk beluk penggunaannya.

Saat ini handphone sudah menjadi bagian dan gaya hidup semua manusia di muka bumi ini. Termasuk para anak-anak dan siswa sekolah.

Ketika anak ingin membelanjakan uang THR untuk membeli handphone misalnya. Maka orang tua harus segera mencari tahu tujuan anak menginginkan hal tersebut.

Kepedulian dan kecermatan para orang tua sangat dituntut terkait pengalokasian uang THR anak-anaknya. Jangan sampai malah berujung kepada hal-hal buruk yang akan terjadi di kemudian hari.

Satu lagi masukan dari kami tentang bagaimana cara membelanjakan uang THR anak ini adalah bagaimana caranya agar para orang tua dapat menanamkan rasa berbagi dan peduli sesama.

Dari sekian banyak uang THR yang terkumpul maka beberapa persennya bisa diinfakkan, disedekahkan atau didonasikan kepada pihak yang membutuhkan.

Maka disitu anak-anak akan belajar menerima dan memberi. Tidak hanya asal menerima THR saja, tapi anak-anak harus merelakan beberapa persennya untuk orang lain.

Sehingga nilai-nilai yang telah ditanamkan kepada anak-anak ketika menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan sebelumnya, dapat terus mereka amalkan di kemudian hari. Dengan tetap menjadi manusia calon generasi yang mampu memberi dan berbagi.

THR anak, cara anak memaknainya. Berikanlah pengalaman bermakna kepada anak terkait tradisi ini.

Salam sejahtera untuk kita semua.

== Akbar Pitopang ==

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun