Perlu adanya pengaturan waktu yang jelas terkait kapan handphone digunakan untuk belajar. Dan kapan pula handphone boleh digunakan untuk mengakses internet atau untuk entetainment lainnya.
Jika orang tua tidak mengambil langkah konkret sedari awal maka hal ini dapat menjadi bumerang yang berujung kepada malapetaka.
Kami pernah bersentuhan langsung bahkan ikut menangani permasalahan terkait malapetakan yang diakibatkan oleh penggunaan handphone oleh anak-anak  ini.
Karena orang tua terlalu sibuk dengan aktifitasnya dalam bekerja sebagai upaya mencukupi kebutuhan primer atau kebutuhan pokok bagi anak-anak. Sehingga kemudian sampai lupa bahwa anak-anak sangat memerlukan pengawasan terkait berbagai aktifitas yang mereka lakukan.
Pada kasus tersebut, si anak ketahuan telah mengakses konten video porno di handphone-nya. Hal ini dibuktikan dari rekaman histori penjelajahan situs di handphone. Sehingga seharusnya si anak tidak bisa berkilah lagi dengan seribu alasan.
Tapi si anak berdalih bahwa handphone tersebut dipinjam oleh temannya dan ia tidak ikut menonton video porno tersebut. Apa mungkin hal itu bisa masuk akal bagi kita para orang dewasa?
Sepertinya mustahil jika si anak tak ikut menyaksikan video porno bersama teman-temannya. Sudah jelas bahwa anak-anak sangat mudah terpengaruh oleh temannya.
Kita semua telah sama-sama menyadari bahwa ketika anak-anak sudah terpapar konten porno maka akan memberikan efek buruk kepada pola tingkah laku dan kecerdasan si anak.
Bagaimana cara menyikapi atau solusi nyata ketika anak kita ternyata ketahuan mengakses konten porno di handphone-nya? Beberapa cara bisa dilakukan oleh para orang tua untuk membentengi anak-anak dari paparan konten porno ini.
Sebagaimana telah kita ulas sebelumnya pada artikel bertajuk Tanggung Jawab Semua Pihak Hindarkan Anak Terpapar Konten Porno dan juga pada artikel Anak Terpapar Konten Porno dari Medsos, Berikut Langkah Preventif Orang Tua. Harap para orang tua simak informasinya dengan bijak.
Hmm, begitulah kira-kira yang terjadi ketika dana THR anak-anak dialokasikan untuk membeli handphone. Sebenarnya keberadaan handphone boleh saja asalkan dicermati dengan pendalaman keterampilan para orang tua memahami seluk beluk penggunaannya.