Mohon tunggu...
Rahmad Agus Koto
Rahmad Agus Koto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Generalist

Aku? Aku gak mau bilang aku bukan siapa siapa. Terlalu klise. Tidak besar memang, melalui niat dan usaha, aku selalu meyakini bahwa aku selalunya memberikan pengaruh yang baik bagi lingkungan sosial maupun lingkungan alam dimanapun aku berada.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengurai Opini Rasis Prof. Budi Santosa Purwokartiko

9 Mei 2022   07:55 Diperbarui: 9 Mei 2022   08:14 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Masalah mulai muncul ketika ia menuliskan "Tidak satu pun saya mendapatkan mereka ini hobi demo". Sebelum dan sesudah tulisan ini, menyindir mahasiswa yang "hobi demo", menyiratkan bahwa mereka bodoh, biasa saja atau tidak sehebat mahasiswa/i yang diwawancarainya.

Tulisan yang ini memang sulit diuraikan karena ada benarnya bahwa mahasiswa yang "hobi" dengan demo, prestasi akademiknya mungkin saja lemah karena kebanyakan demo. Pun tidak menutup kemungkinan walaupun hobi demo tapi meraih prestasi akademik yang hebat karena pintar mengatur waktu kegiatannya.

Masalah besarnya dimulai dari sini,

A. [Mereka bicara tentang hal-hal yang membumi: apa cita-citanya, minatnya, usaha-usaha untuk mendukung cita-citanya, apa kontribusi untuk masyarakat dan bangsanya, nasionalisme dan sebagainya.]

B. [Tidak bicara soal langit atau kehidupan sesudah mati. Pilihan kata-katanya juga jauh dari kata-kata langit: insaallah, barakallah, syiar, qadarullah, dan sebagaianya.]

Pesan dalam tulisan A, pada prinsipnya bagus. Yaa itu, karena "membumi", tidak mengawang-awang, memberikan kemanfaatan yang real bagi dirinya dan orang lain.

Nah, tulisan B ini yang merusak kebagusan pesan dalam tulisan A. Memperlihatkan sudut pandangnya atau ketidaksukaannya terhadap kebiasaan umat Islam yang dianjurkan oleh para ulama. Di postingan yang lain, BSP ada juga merendahkan perempuan yang gak mau salaman dengan orang yang bukan muhrimnya karena hal tersebut melanggar syariat agama yang diyakininya.

C. [Dan kebetulan dari 16 yang saya harus wawancara, hanya ada dua cowok dan sisanya cewek. Dari 14, ada dua tidak hadir. Jadi 12 mahasiswi yang saya wawancarai, tidak satu pun menutup kepala ala manusia gurun.]

D. [Otaknya benar-benar open mind. Mereka mencari Tuhan ke negara-negara maju, seperti Korea, Eropa Barat dan US, bukan ke negara yang orang-orangnya pandai bercerita tanpa karya teknologi.]

Kesalahan terbesarnya ada dalam tulisan C ini, "tidak satu pun menutup kepala ala manusia gurun".

Walaupun tidak harfiah, jelas sekali yang dimaksudkannya dengan "tidak satupun menutup kepala" adalah perempuan atau para mahasiswi yang menutup kepala dengan jilbab atau kerudung untuk menyembunyikan rambut yang merupakan aurat perempuan, yang kemudian dipertegas dengan "ala manusia gurun", yang sekaligus mengindikasikan ketidaksukaannya terhadap negara-negara di jazirah Arab dimana agama Islam berasal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun