Seebelum acara dimulai warga melakukan bersih desa dan berkunjung ke maqam ki jakso. Kegiataan ini juga di iringi dengan tradisi kebo – keboan, tapekong, kuntulan, gandrung, hadrah dan patrol semua di tampilkan. Yang kemudian dilanjutkan dengan acara puter kayun.
Â
      Seluruh masyarakat Boyolangu berdiri turut mengikuti dokar di sepanjang jalur puter kayun. Ketika sudah sampai di watu dodol masyarakat melaksanakan atau menggelar selametan dengan makan bersama di pinggir pantai watu dodol sebagai bentuk rasa syukur mereka atas segala rejeki yang mereka dapatkan setahun terakhir.
Â
Dan untuk rute perjalanan dokar dari Boyolangu hingga watu dodol ini menyusuri jejak dari lelehur nya yaitu Ki Buyut jakso. Ki jakso sendiri merupakan orang yang berhasil membuka jalan banyuwangi di sebelah utara. Â Pada waktu itu belanda meminta bantuan ki buyut jakso untuk membuka jalan tersebut karena disebelah utara banyuwangi tersebut ada gundukan batu yang tidak bisa disingkirkan. Dan saat itu ki buyut jakso bersemedi di gunung silangu yang sekarang ini menjadi desa Boyolangu.
Â
      Pada masa itu desa Boyolangu memang berbentuk gunung – gunung kecil. setelah bersemedi atas kesaktiannya is berhasil membuka jalan dngan membongkar batu yang menghalangi,  keberhasilan ini ia dapatkan karena mendapat bantuan dari para jin dengan berkomunikasi dengan para jin, hal ini juga karena bantuan dari ridho allah swt.  Batu itu saat ini terkenal dengan nama watu dodol yang berarti batu yang dibongkar.Â
Â
      Karena hal inilah beliau berpesan kepada anak cucu keturunannya agar melakukan napak tilas perjuangan ki buyut jakso. Dalam pelaksanaan tradisi ini dianjurkan masyarakatnya untuk mengikuti tradisi puter kayun. Dengan cara menghias dokar karena mayoitas profesi masyarakat Boyolangu adalaha kusir kuda. Apabila tidak mengikuti tradisi ini tidak ada konsekuesi, tetapi dianggap tidak baik bagi masyarakat sekitar.
Â
      Awal dari tradisi puter kayun yaitu dilaksanakannya sejumlah ritual, antara lain dimulai dari tradisi kupat sewu pelaksanaannya tiga hari sebelum tradisi puter kayun. Pada acara kupat sewu masyarakat membuat kupat dan lepet yang kemudian dibagikan ke saudara serta tetangga sekitar.  Tidak hanya dibagikan kupat lepet juga digunakan selametan yang diadakan di sepanjang jalan desa.  Warga menggelar tikar didepan rumah masing – masing kemudian menyajikan kupat, penyajian kupat ini bila dihitung terdapat seribu kupat yang disajikan.