Menginjak bulan ketiga Narti semakin tegar, tingkat kepasrahannya sudah sampai pada penyerahan diri secara ikhlas, siap menerima kenyataan pahit sekalipun, kalau memang itu sudah menjadi kehendak-Nya, dan dia pun merasa semakin segar.
Antara pasrah dan ikhlas dalam menanti ajal, Narti terus berharap akan Mu'jizat Tuhan, karena dia sangat yakin hanya Tuhan yang paling berhak atas segala ketentuan, Dia bisa segerakan apa yang seharusnya Dia Tunda, dan Dia pun bisa menunda apa yang seharusnya Dia segerakan.
Disaat semangat hidupnya sedang dipuncak-puncaknya, Narti yang divonis kanker Rahim stadium 4, tiba-tiba ambruk saat ia sedang menjahit pakaian seragam, pesanan dari pelanggan suaminya.Â
Memang Narti memaksakan dirinya yang dianggapnya mulai Segar untuk menyelesaikan jahitan sampai menjelang pagi.
Saat itu jam 6 pagi, Gadis yang baru bangun ingin menuju kekamar mandi, dia melihat ibunya sudah terjatuh dilantai. Gadis minta tolong kepada Tetangga sebelah rumah, semua sibuk mencoba menyadarkan Narti, namun Narti tetap tidak siuman.
Narti dibawa ke rumah sakit, baru saja masuk keruang IGD, Narti siuman. Dokter periksa Narti, namun Narti terlihat sehat-sehat saja.
"Apa yang dikeluhkan bu..."
"Tadi Ibu saya temukan sudah terjatuh dilantai dok..Ibu pingsan, makanya buru-buru dibawa kesini.."
"Saya gak apa-apa dok..saya cuma kelelahan.."
"Yaudah.. saya periksa dulu ya bu..nanti kalau memang gak papa Ibu boleh pulang.."
Narti dibolehkan pulang, karena memang tidak ada gangguan terhadap kesehatannya. Narti begitu senang kalau rahasia penyakitnya tidak diketahui oleh anak-anaknya. Narti melakukan aktivitas seperti biasanya. Dia sudah tidak hirau dengan bonus Bulan ketiga yang dikemukakan dokter.