Mohon tunggu...
Ajinatha
Ajinatha Mohon Tunggu... Freelancer - Professional

Nothing

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Vonis Mati yang Menghidupkanku

17 September 2019   15:53 Diperbarui: 17 September 2019   16:19 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Lho sakit kok dibilang nikmat bun..."

"Sayang..nikmat Tuhan itu bukan hanya sehat saja..sakit pun adalah bagian dari nikmat-Nya.."

"Ya udah kalo bunda udah selesai ngobrol dengan Tuhan, bunda istirahat ya.."

"Ya sayang...sekarang kamu tidur lagi ya..."

Setelah anaknya kembali kekamar, Narti kembali menumpahkan airmatanya, sambil tiada henti ber-Istighfar. Narti merasa umurnya tidak lama lagi, sambil terus memohon ampunan kepada Sang Pemiliknya, Narti terbayang wajah anaknya satu persatu yang akan menjadi yatim piatu. Narti sudah lima tahun ditinggal almarhum suami yang sangat dicintainya.

Narti hanya meneruskan usaha suaminya sebagai penjahit. Selama ini pelanggan suaminyalah yang selalu berbaik hati memberikan pekerjaan. Dalam kondisi sakit pun Narti tetap terus bekerja, Karena anak-anak masih kecil. Gadis anaknya yang paling besar umur 10 tahun, Galuh yang nomor 2 berumur 7 tahun. Sementara anak laki-lakinya paling kecil baru berumur 5 tahun.

 ***

Memasuki bulan kedua sejak menerima vonis dokter, yang mengatakan Narti hanya bisa hidup kurang lebih 3 bulan lagi. Pada sisa waktu yang dirasakannya semakin dekat, Narti tidak henti-henti memohon ampuanannya.

Narti tidaklah pasrah begitu saja menerima vonis tersebut, keceriaan anak-anaknya selalu membuat semangat untuk terus hidup semakin kuat. Narti merahasiakan vonis yang diberikan dokter, didepan anak-anaknya dia berusaha untuk terlihat tetap tegar.

Narti tidak pernah berhenti untuk ber-Istighfar, dan bangun pada sepertiga malam untuk melaksanakan sholat tahajud, meminta petunjuk dan ampunan kepada Sang Pemilik waktu, pada setiap tarikan dan hembusan nafasnya dia isi dengan Istighfar. Begitulah wirid yang terus berulang-ulang dia lakukan, dengan penuh Penyerahan diri, namun tetap dengan keyakinan adanya mu'jizat-Nya.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun