Mohon tunggu...
Fakoct
Fakoct Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi berolahraga dan berorganisasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pembelajaran Bahasa Indonesia di Tingkat Madrasah Ibtidaiyah

29 Januari 2024   10:45 Diperbarui: 29 Januari 2024   10:56 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Oleh : Rizka Fauziah dan Ajib

A. Definisi

Pembelajaran bahasa Indonesia di Madrasah Ibtidaiyah (MI) memiliki peran sentral dalam membentuk identitas keislaman dan keterampilan berbahasa pada siswa. Dalam konteks ini, keberhasilan proses pembelajaran tidak hanya diukur dari aspek kefasihan bahasa, tetapi juga dari perspektif integrasi nilai-nilai Islam dalam pengembangan keterampilan berbahasa. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki pendekatan pembelajaran yang paling efektif dalam mencapai tujuan ini di lingkungan MI. Melalui pendekatan kualitatif, penelitian ini akan mendokumentasikan praktik pengajaran yang berhasil, mengevaluasi kurikulum yang ada, danmengidentifikasi tantangan yang dihadapi oleh guru dan siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Implikasi temuan dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan konstruktif bagi perbaikan sistem pembelajaran bahasa Indonesia di MI, memastikan bahwa nilai keislaman dan kecakapan berbahasa terintegrasi dengan baik dalam proses pendidikan.

Bahasa memiliki peranan signifikan dalam kehidupan kita, terutama bagi guru bahasa dan guru bidang studi lainnya. Guru bahasa perlu menyadari bahwa tujuan utama pembelajaran bahasa adalah mengembangkan keterampilan berbahasa peserta didik, termasuk keterampilan menyimak, berbicara, dan menulis. Ini menjadi focus utama dalam tugas sehari-hari.

Dengan kata lain, tujuan utama pendidikan bahasa adalah membentuk kompetensi bahasa yang kuat pada peserta didik. Ketika seseorang memiliki kompetensi bahasa yang baik, diharapkan mereka mampu berkomunikai secara efektif, baik secara lisan maupun tulisan. Selain itu, diharapkan peserta didik dapat menjadi pendengar dan pembicara yang baik, pembaca yang cermat, serta penulis yang terampil dalam situasi sehari-hari. Untuk mencapai hal ini, guru harus memberikan contoh dengan menggunakan bahasa dengan baik dan benar, agar peserta didik dapat menirunya.

Oleh karena itu, definisi bahasa dapat dipahami dari dua sudut pandang, yaitu sudut pandang teknis dan sudut pandang praktis. Secara teknis, bahasa diartikan sebagai kumpulan ujaran yang memiliki makna, dihasikan melalui alat ucap manusia. Dari segi praktis, bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi diantara anggota masyarakat, berbentuk system lambang bunyi yang memiliki makna, dihasilkan melalui alat ucap manusia. Dalam konteks praktis ini, bahasa memiliki dua aspek, yakni system bunyi (lambang) dan makna. Bahasa disebut sebagai system bunyi atau system lambang bunyi karena bunyi-bunyi bahasa yang di dengar atau diucapkan memiliki struktur atau pola tertentu.

B. Pembelajaran Bahasa Indonesia 

 Dalam konteks pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah dasar, penting bagi siswa untuk memahami dan guru untuk mengajarkan bahasa Indonesia. Guru memiliki peran kunci dalam keberhasilan pembelajaran, karena banyak anak berkomunikasi dengan bahasa ibu mereka. Oleh karena itu, tugas guru adalah mengajarkan bahasa Indonesia agar anak-anak dapat berkomunikasi efektif menggunakan bahasa nasional tersebut.

Pada tahun 1996, UNESCO menetapkan pilar-pilar penting dalam pendidikan, termasuk kemampuan belajar untuk mengetahui, melakukan sesuatu, menjadi seseorang, dan menjalani kehidupan bersama. Dalam konteks Indonesia, konsep ini diterapkan dengan harapan agar sistem pendidikan nasional mempersiapkan warganya untuk berperan aktif dalam berbagai sektor kehidupan, menciptakan kehidupan yang cerdas, aktif, kreatif, dan menekankan persatuan dan kesatuan.

C. Pendekatan Pembelajaran Bahasa Indonesia 

Dalam pengajaran bahasa, terdapat berbagai pendekatan yang dapat digunakan, seperti pendekatan formal, structural, mekanis, rasional, fungsional, terpadu, integral, sosiolinguistik, psikologi, psikolinguistik, dan komunikatif. Setiap pendekatan memiliki asumsi khusus yang menjadi dasar dalam proses pembelajaran. Para ahli menganggap pendekatan dalam pembelajaran bahasa sebagai seperangkat asumsi yang sangat terkait dengan hakikat bahasa, pengajaran, dan pembelajaran bahasa. Lebih lanjut, pendekatan diartikan sebagai sudut pandang filosofis terhadap suatu objek tertentu yang diyakini ada tanpa harus membuktikan kembali keberadaannya.

Menurut Ramelan yang merujuk pada Anthony (dalam Zuchdi 1996: 29), berbagai asumsi dalam bahasa berkaitan erat dan terkait dengan sifat bahasa serta pengajaran bahasa. Pendekatan diartikan sebagai dasar teoretis untuk metode tertentu. Terdapat beragam asumsi tentang bahasa, termasuk pandangan bahasa sebagai kebiasaan, sebagai sistem komunikasi yang esensialnya dilisankan, dan sebagai seperangkat kaidah.

1. Pendekatan Formal

Pendidikan formal merupakan pendekatan klasik dan tradisional dalam pembelajaran bahasa. Pendekatan ini didasarkan pada anggapan bahwa pembelajaran bahasa merupakan kegiatan rutin yang konpensional, dengan mengikuti cara-cara yang telah biasa dilakukan berdasarkan pengalaman. Oleh karena itu, pendekatan ini tidak memiliki latar belakang teoritis.

2. Pendekatan Empirik

Pendekatan empirik, juga dikenal sebagai pendekatan behavioris atau mekanis, merujuk pada suatu aliran yang berakar pada pengalaman dan terinspirasi oleh psikologi behavioristik. Nama "empirik" muncul karena pendekatan ini berdasarkan pengalaman, sedangkan "behavioris" karena dipengaruhi oleh konsep-konsep psikologi behavioristik. 

Secara mekanis, pendekatan ini mencerminkan sifat mekanistik dari tingkah laku dalam psikologi behavioristik, dengan tokoh seperti Skinner sebagai perwakilan utama. Asumsi-asumsi dalam pendekatan ini mencakup:

a. Bahasa adalah ujaran, bukan tulisan.

b. Bahasa adalah rangkaian kebiasaan.

c. Bahasa yang sewajarnya adalah yang digunakan penuturnya, bukan yang seharusnya diujarkan. 

d. ajarkanlah bahasa, dan bukan tentang bahasa.

e. Tidak ada dua bahasa yang sama. Metode pembelajaran bahasa yang sesuai dengan pendekatan mekanis ini adalah metode aural oral, metode mimikri memorisasi, metode drill. 

3. Pendekatan Struktural

Pendekatan struktural merupakan pendekatan pembelajaran bahasa yang dilandasi oleh asumsi yang menganggap bahwa bahasa adalah seperangkat kaidah. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa harus mengutamakan penguasaan kaidah-kaidah bahasa atau tata bahasa. Dalam hal ini, pembelajaran lebih menekankan pada pengetahuan tentang fonologi, morfologi, dan sintaksis. Dengan demikian pengetahuan bidang kognitif bahasa lebih diutamakan. Kelebihan pendekatan ini adalah siswa akan semakin cermat dalam menyusun kalimat, karena mereka memahami kaidahnya. 

4. Pendekatan Keterampilan

Setiap individu, sejak lahir, memilik kemampuan dasar yang dapat berkembang melalui pembinaan dan pelatihan. Dalam proses belajar, terdapat kebutuhan untuk mengembangkan keterampilan intelektual, sosial, dan fisik. Pendekatan keterampilan proses menjadi landasan dalam pembelajaran, di mana setiap keterampilan memiliki beberapa subketerampilan yang perlu diperkuat melalui latihan.

Keterampilan proses berperan sebagai alat untuk menemukan dan mengembangkan konsep, yang pada gilirannya mendukung perolehan keterampilan proses itu sendiri. Interaksi antara pengembangan keterampilan proses dan konsep membentuk sikap dan nilai dalam diri siswa, seperti ke telitian, kreativitas, kritis, objektivitas, tenggang rasa, tanggung jawab, kejujuran, keterbukaan, kerjasama, ketekunan, dan sebagainya.

5. Pendekatan Rasional

Pendekatan rasionalis dikenal sebagai aliran mentalis yang dipelopori oleh chomsky. Aliran ini muncul dalam bidang bahasa dan pengajaran bahasa pada tahun 1960-an. Adapun asumsi-asumsinya adalah: 

a. Manusia adalah satu-satunya yang dapat belajar bahasa.

b. Bahasa yang hidup adalah bahasa yang dapat digunakan dalam berpikir.

c. Bahasa yang hidup ditandai oleh kreativitas yang dituntut oleh aturan-aturan tatabahasa.

Aturan-aturan tata bahasa bertalian dengan tingkah laku kejiwaan. Dengan pendekatan ini muncul metode verbal aktif yang merupakan perbaikan dari metode langsung.

 kaum rasionalis berpendapat bahwa:

a. Kemampuan berbahasa telah dimiliki seseorang sejak lahir tetapi kemampuan berbahasa itu baru dapat dicapai dengan belajar.

b. Dalam belajar berbahasa, anak harus aktif. Kemampuan berbahasa tidak hanya dikuasai dengan pembiasaan, anak harus mampu menciptakan kalimat-kalimat baru yang sesuai kaidah tata bahasa;

c. Melatih berulang-ulang kalimat-kalimat yang lepas dari hubungan pemakaiannya tidak banyak manfaatnya; 

d. Tata bahasa perlu diajarkan secara fungsional; dan

e. Karena bahasa yang hidup adalah bahasa yang dapat digunakan untuk berpikir, penguasaan bahasa dilihat dari kemampuan menggunakan bahasa sebagai alat berpikir dengan kegiatan mendengarkan, membaca, berbicara, dan menulis.

6. Pendekatan Fungsional

Pembelajaran bahasa dengan pendekatan fungsional dilakukan dengan mengadakan kontak langsung dengan masyarakat pemakai bahasa. Dengan demikian peserta didik langsung menghadapi bahasa yang hidup dan mencoba memakainya sesuai dengan keperluan komunikasi. Mereka dengan sendirinya merasakan fungsi bahasa tersebut dalam komunikasi langsung. Metode pembelajaran bahasa yang didasarkan pada pendekatan fungsional adalah metode langsung, metode pembatasan bahasa, metode intensif, metode audiovisual, dan metode linguistik.

Pendekatan fungsional dalam pembelajaran menekankan penerapan praktis dari konsep-konsep yang dipelajari. Fokusnya adalah pada fungsi atau kegunaan suatu pengetahuan dalam konteks kehidupan sehari-hari. Dalam pendekatan ini, pembelajaran diarahkan pada pengembangan keterampilan dan pemahaman yang dapat diterapkan dalam situasi nyata.

7. Pendekatan Terpadu

Pendekatan terpadu sering disebut dengan pendekatan integratif. Pendekatan pembelajaran bahasa yang terintegrasi didasarkan pada kenyataan bahwa penggunaan bahasa sehari-hari baik secara formal maupun tidak formal tiap-tiap aspeknya tidak pernah berdiri sendiri. Misalnya pada waktu kita membaca, berhadapan dengan ejaan, kosa kata, struktur kalimat. Setelah membaca mungkin membuat catatan, menceriterakannya kepada orang lain.

Pendekatan terpadu dalam pembelajaran mengacu pada integrasi berbagai disiplin ilmu atau elemen pembelajaran menjadi suatu kesatuan yang koheren. Dalam pendekatan ini, materi pembelajaran disajikan secara holistik untuk memahamkan hubungan antar bidang pengetahuan. Pendekatan terpadu mempromosikan pengintegrasian konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran, sehingga siswa dapat melihat keterkaitan antar topik dan menerapkan pemahaman mereka secara lebih menyeluruh. Dengan menggunakan pendekatan ini, pembelajaran tidak terpaku pada batasan-batasan mata pelajaran tertentu, melainkan menciptakan pemahaman yang lebih komprehensif.

8. Pendekatan Integral

Pendekatan integral menganut pengertian bahwa pengajaran bahasa harus merupakan sesuatu yang multidimensional. Artinya, banyak faktor yang harus dipertimbangkan dalam pelaksanaan pembelajarannya. Oleh karena itu, pengajaran harus fleksibel dan dengan metodologi terbuka. Bantuan-bantuan ilmu lain yang mendukung kelancaran pembelajaran berbahasa perlu mendapat tempat sehingga pembelajaran bahasa lebih bermanfaat. Misalnya, ilmu jiwa belajar, sains, dan antropologi.

9. Pendekatan Sosiolinguistik

Pendekatan sosiolinguistik diartikan sebagai pendekatan pembelajaran bahasa yang memanfaatkan hasil studi sosiolinguistik yang menghubungkan gejala masyarakat dengan gejala bahasa. Konsep-konsep sosiolinguisik yang memberikan sumbangan terhadap pembelajaran bahasa di antaranya:

a. Bahasa merupakan suatu sistem yang memiliki variasi atau ragam, setiap ragam memiliki peran, fungsi, gejala bahasa tertentu, serta kawasan pemakaian tertentu pulab. 

b. Bahasa merupakan identitas kelompok.

c. Bahasa sebagai alat komunikasi

10. Pendekatan Psikologi

Pendekatan psikologi dalam pembelajaran bahasa menelaah bagaimana peserta didik belajar bahasa dan bagaimana peserta didik sebagai individu yang kompleks. Asumsi psikologi dimanfaatkan dalam pembelajaran bahasa terutama dalam penyusunan strategi pembelajaran. Asumsi-asumsi yang diterapkan dalam pembelajaran bahasa antara lain:  teori behaviorisme, teori gestalt, teori kognitif. Pendekatan psikologi juga dapat diartikan sebagai asumsi-asumsi teoritis yang diyakini oleh psikologi tertentu yang saling berhubungan dan menyangkut hakikat belajar dan pengajaran pada diri seseorang.

11. Pendekatan Psikolinguistik

Pendekatan psikolinguistik bertumpu pada pemikiran tentang proses yang terjadi pada benak anak ketika mulai belajar bahasa, serta bagaimana pula perkembangannya.persoalan ini merupakan bidang yang ditekuni studi psikolinguistik yaitu ilmu yang mempelajari latar belakang psikologis kemampuan berbahasa manusia.. Dalam proses penguasaan bahasa, terdapat teori empirisme yang pada akhirnya sejalan dengan paham behaviorisme. Menurut pandangan ini bahwa keberhasilan belajar berbahasa seseorang ditentukan oleh faktor dari luar atau faktor eksternal.

12. Pendekatan Komunikatif 

Pendekatan komunikatif merujuk pada pendekatan pembelajaran bahasa yang berfokus pada tugas dan fungsi bahasa dalam konteks berkomunikasi. Dalam kerangka ini, jenis bahasa yang digunakan dalam komunikasi terkait erat dengan faktor-faktor penentu yang ada dalam situasi berkomunikasi. Prinsip dasar pendekatan komunikatif adalah keyakinan bahwa kemampuan berkomunikasi merupakan tujuan utama dalam pembelajaran bahasa, sesuai dengan pandangan Chomsky tentang kompetensi komunikatif yang terdiri dari kompetensi dan performansi.

D. Model Pembelajaran Bahasa Indonesia di MI

Dalam dunia pendidikan, istilah "model pembelajaran" merujuk pada suatu kerangka kerja sistematis yang membantu pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan tujuan mencapai hasil pembelajaran sesuai kurikulum. Ini berbeda dari metode pembelajaran yang melibatkan langkah-langkah atau pendekatan yang lebih luas. Mengingat beragamnya metode pembelajaran, guru SD/MI perlu memilih dengan cermat metode mana yang paling sesuai dengan konteks pembelajaran mereka. 

Dalam menghadapi tuntutan kreativitas seiring perkembangan zaman dan teknologi, guru sering menggunakan kata-kata untuk mencapai tujuan intruksional. Salah satu cara yang umum digunakan adalah berceramah, di mana guru menyajikan informasi secara lisan, baik dalam konteks formal maupun nonformal, untuk membantu peserta didik dalam proses belajar mereka. Dengan demikian, keterampilan mengorganisir kegiatan verbal, termasuk berceramah, menjadi penting bagi seorang guru dalam mendukung pembelajaran efektif.

Pendapat ini sejalan dengan definisi model pembelajaran yang disampaikan oleh Suprihatiningrum, yang menyatakan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur pembelajaran secara sistematis untuk mengelola pengalaman belajar siswa, dengan tujuan mencapai hasil belajar tertentu. Pandangan tersebut juga dikuatkan oleh beberapa ahli, seperti Jamil (2013), yang memberikan definisi serupa terkait model pembelajaran. Kesimpulannya, penggunaan media pembelajaran yang tepat dan penerapan model pembelajaran yang sesuai dapat menjadi faktor kunci dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.

1. Menurut (trianto:2015) bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial.(trianto:2015).

2. Menurut (saefuddin & berdiati:2014) model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan sistem belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran (saefuddin, a. & berdiati, i:2014).

3. Menurut (sukmadinata & syaodih:2012 )menyatakan bahwa model pembelajaran merupakan suatu rancangan (desain) yang menggambarkan proses rinci penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran agar terjadi perubahan atau perkembangan diri peserta didik. 

E. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia di MI 

Di lihat  dari tujuan umum yang sudah di paparkan dapat di artikan tujuan pembelajaran bahasa indonesia bagi anak SD/MI adalah sebagai  upaya  guru  untuk mengubah perilaku siswa dalam berbahasa Indonesia. Menurut Akhdiah dkk (1991 ) Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia Bagi anak SD/MI :

1. Peserta   didik   Lulus   SD/MI diharapkan menggunakan bahasa Indonesia secara benar

2. Peserta   didik   Lulus   SD/MI diharapkan  dapat  mengahyati bahasa dan sastra Indonesia.

3. Penggunaan     Bahasa     Indonesia harus sesuai

4. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia harus sesuai dengan tingkat pengalaman siswa SD.

Pada No 1 dan 2 merupakan tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia menurut tujuan Ranah Kognitif dan Afektif. Di No 03 menunjukkan tujuan pendekatan komunikatif. Dan di butir No 4 merupakan tingkat kesulitan materi yang di ajarkan.

Adapun Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD/MI di bagi menjadi 2 yaitu :

1. Secara umum, agar siswa dapat menikmati dan memanfaatkan bahasa dan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.

2. Secara  khusus,  agar  siswa memiliki kegemaran  membaca dan        menulis, untuk meningkatkan kepribadian, mempertajam kepekaan, kepedulian, menumbuhkan rasa percaya diri, tanggung jawab, dan rasa cinta terhadap bahasa Indonesia itu sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun