Mohon tunggu...
Ajeng Leodita Anggarani
Ajeng Leodita Anggarani Mohon Tunggu... Administrasi - Mamanya Toby & Orlee

Pekerja yang nggak punya kerjaan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Kado dari Ibu

22 Desember 2019   14:58 Diperbarui: 22 Desember 2019   15:11 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nyonya Camilla duduk di kursi kerjanya, tangannya sibuk mengetik banyak nama di laptonya. Sebentar lagi ulang tahunnya yang ke-55. Wanita kaya itu berencana mengundang semua koleganya. Mulai dari teman arisan sampai partner bisnis propertinya. Ide acara sudah ia sampaikan ke pihak event organizer ternama yang dibayarnya senilai ratusan juta.

"Sudah semua?" Tanya Tuan Amroe, suaminya.

"Sepertinya masih ada yang kurang," jawab nyonya Camilla seraya mengetuk-ngetuk jarinya ke meja.

"Malam ini harus selesai ya, Sayang. Jangan sampai ada yang terlewat. Apa kau akan mengundang..."

"Tidak, aku tahu maksudmu, sayang. Tapi aku tak akan mengundangnya. Kau paham, kan?"

Tuan Amroe tak melanjutkan pertanyaannya lagi. Dibalik kecantikan istrinya, ada sifat keras kepala yang belum bisa dia kalahkan. Tapi kelak, akan ada kejadian yang membuat istrinya menyadari bahwa banyak hal salah yang sudah dibiarkan dan bisa menjadi bom waktu nantinya.

Nyonya Camilla melemparkan senyum bahagia ke arah lelaki pujaannya. Walaupun sesaat tadi ada hal yang membuat perasaannya tak enak. Wanita berwajah cantik hasil kemutakhiran ilmu kedokteran itu begitu bersyukur memiliki suami seperti tuan Amroe. Pria  yang sudah mengangkat derajatnya dan melimpahkan banyak cinta dan harta padanya.

Semua undangan sudah hadir di hotel Bima Candra. Pakaian mewah, gemerlap perhiasan serta kado di tangan mereka adalah pemandangan yang menarik untuk dilihat. Sebelum masuk ke ruangan pesta, para undangan harus mengisi buku tamu dan menuliskan ucapan di sebuah papan untuk si pemilik hari kelahiran ini. Kemudian petugas penerima tamu akan memberikan merchandise berupa sebotol parfume dari perusahaan baru yang dikelola nyonya Camilla. Dan perusahaan ini adalah kado ulang tahun dari tuan Amroe padanya.

Semua tamu berusaha mencari-cari dimana keberadaan si pemilik pesta. Nyonya Camilla masih berada di ruang rias bersama seorang make up artist dan Cody, anak laki-lakinya. Wajah Cody mirip sekali dengan ayahnya. Rambut ikal dan hidung bangirnya seringkali menyita banyak lawan jenisnya. Usianya 25 tahun dan memilih untuk tinggal di Jerman. Dua hari yang lalu Cody diminta ibunya pulang untuk acara besar ini.

"Cody, dimana kakakmu?" tanya nyonya Camilla sambil memperhatikan riasan di wajahnya.

"Entahlah, aku merasa ada atau tidak ada dia, itu sama sekali tidak penting, Mom."

"Kau tidak boleh begitu, bagaimanapun juga dia itu kakakmu."

"Dia anak mommy, tapi dia bukan kakakku. Jangan paksa aku untuk menerimanya!" sanggah Cody keras.

Make up artist yang masih memulas blush on di pipi nyonya Camilla hanya menggelengkan kepala dengan sikap Cody.

"Nyonya, sudah selesai. Saya akan minta venue coordinator untuk mempersiapkan kedatangan nyonya."

"Baik, terima kasih, ya."

Tuan Amroe terlihat menyambut tamu-tamu yang sudah masuk ke ballroom. Tuxedo hasil jahitan tangan designer berbakat yang sangat pas di tubuhnya. Warnanya senada dengan yang gaun yang dipakai istrinya, membuat laki-laki mapan dan tampan itu terlihat lebih gagah dan bersahaja. Seorang petugas EO mendekati Tuan Amroe, "Acaranya bisa kita mulai sekarang, pak. Ibu sudah selesai dirias."

Setelah hampir 2 jam wajahnya dibuat agar semakin cantik, akhirnya nyonya Camilla turun ke ballroom diiringi dentingan piano yang menciptakan suasana seketika hening dan syahdu.

Cody menggamit tangan ibunya dan menuruni anak tangga satu per satu dengan anggun. Sementara Tuan Amroe sudah menunggu di anak tangga terakhir sesuai arahan pihak EO.

Semua mata tak berkedip memandang kecantikan nyonya Amroe. Rambut panjangnya yang disemir golden dibiarkan terurai dengan hiasan jepit bertabur mutiara laut selatan. Entah seberapa mahal gaun dan sepatunya kali ini, yang pasti banyak sosialita yang memandang iri padanya.

"Dad, dimana Kanina?" nyonya Camilla masih sempat menanyakan keberadaan anak pertamanya.

"Sejak tadi aku tak melihatnya. Mungkin di toilet."

"Tolong minta ajudanmu untuk menghubungi Kanina. Aku tak mungkin meniup lilin tanpanya."

Tuan Amroe memberi kode pada ajudan yang selalu siap siaga di dekatnya.

"Cari Kanina, acara sudah dimulai."

Sang ajudan pun bergegas melaksanakan tugas.

Acara tiup lilin pun dimulai. Semua tamu bertepuk tangan riuh. Potongan kue pertama diberikan untuk Tuan Amroe. Potongan kedua seharusnya untuk Kanina, tapi gadis itu masih belum bersama mereka. Akhirnya Cody yang menerimanya.

Tidak banyak tamu yang tahu bahwa nyonya Camilla memiliki dua orang anak. Sebelum Cody memutuskan untuk tinggal di Jerman, dia yang menemani ibunya datang ke acara-acara pertemuan, selebihnya nyonya Camilla akan ditemani asistennya. Kanina jarang sekali diikutsertakan, namun malam ini nyonya Camilla ingin sekali keluarga kecilnya ada dalam formasi lengkap.

Sampai acara berakhir, Kanina belum juga muncul.  Nyonya Camilla mulai memiliki perasaan tidak enak. Dia meminta asisten dan para ajudan mencari keberadaan anak perempuannya, dan mereka tidak boleh pulang sebelum menemukan Camilla.

"Mom, aku open room, ya? Kalian masih sibuk cari Kanina, kan?"

"Apa kamu tidak bisa sedikit saja peduli, Cody? "

"Sudahlah, Dad. Yang anak Daddy itu aku, bukan dia!"

"Diam, Cody! Kanina juga anak mommy dan daddy, kami menyayangi kalian berdua. Kalian sama, tidak ada yang berbeda." Tuan Amroe mulai emosi.

Cody muak dengan drama ini. Dia langsung meninggalkan kedua orang tuanya dan berjalan cepat menuju bagian reservasi untuk memesan kamar."

Nyonya Camilla mulai menangis. Tuan Amroe mengelus bahu istrinya lembut sambil berusaha menenangkan dirinya sendiri.

"Jangan menangis, semua bisa kita atasi. Mereka akan menemukan Kanina. Kita berdoa saja."

Beberapa petugas EO mulai merapikan venue. Dua orang petugas penerima tamu mendekat ke arah pasangan suami istri itu sambil membawa kado-kado untuk nyonya Camilla dari para tamu undangan.

"Bapak, ibu, ini semua kadonya, dan ini ada sebuah surat yang dititipkan mbak Kanina pada kami."

Nyonya Camilla langsung mengambil surat dari tangan petugas itu. Dia membukanya secepat kilat.

"Camilla, ini ibu. Ibu menitipkan surat ini pada Kanina. Karena hanya dengan dia ibu masih bisa berkomunikasi. Kanina masih selalu menjenguk ibu di panti. Sesuatu yang tidak pernah kau lakukan sejak kau menitipkan ibu di sana. Mungkin kau sibuk, mungkin kau lelah dengan semua kegiatan bisnismu. Tapi ibu tidak pernah lelah mengharapkan kedatanganmu.

Camilla, 55 tahun yang lalu kau terlahir dari rahimku. Rahim perempuan miskin yang hanya punya ASI untukmu. Perempuan yang akhirnya bekerja sebagai tukang cuci untuk membesarkanmu. Kemudian Camillaku tumbuh besar, bisa mencari uang untuk dirinya sendiri. Sampai kemudian kau hamil dan melahirkan Kanina. Entah siapa pelakunya, sampai detik ibu menuliskan surat ini pun, ibu tidak pernah tahu. Lalu kejaiban muncul untukmu, anakku. Seorang pria bernama Amroe datang untuk menaikkan derajatmu, derajat kita. Dia menikahimu, memberikanmu banyak sekali kebahagiaan. Saat itu usia Kanina baru menginjak 3 tahun. Kemudian kau mengandung anakmu dan Amroe, Cody. Setelah Cody lahir, bisnismu dan Amroe semakin lancar, kau menyewa seorang baby sitter untuk menjaga Cody, sementara Kanina tetap di bawah pengawasan ibu. 24 tahun ibu menjaga Kanina. Anakmu pintar sama sepertimu, dia cantik sama pula denganmu, tapi dia tidak mudah terbuka pada orang lain. Kanina hanya mau menceritakan rahasia-rahasianya pada ibu, dan dia meminta ibu untuk merahasiakannya darimu dan Amroe. Kanina berbeda dengan Cody. Cody sangat terbuka, gaya hidupnya bebas. Padahal sejak ia lahir pun ibu memantau perkembangannya.

Ada hal penting yang harus kau tahu, Camilla. Saat usia Kanina 23 tahun, Cody pernah mencoba untuk memperkosanya. Itu terjadi saat kau sedang berlibur bersama teman-temanmu ke Singapore. Dan Amroe sedang memantau perusahaannya di Batam. Ibu mencoba merahasiakan kejadian itu di depan kalian berdua sambil ibu mencoba meyakinkan Kanina bahwa semua akan baik-baik saja. Butuh waktu dan kesabaran untuk mengembalikan semangat hidup Kanina saat itu. Dan ibu berhasil. Kanina kembali mampu untuk menjalani hidupnya dengan normal dan tanpa rasa takut.

Tapi  sejak kejadian itu, apakah kau sadar bahwa Cody mulai sering menyalahkan bahkan memfitnah ibu di depanmu dan Amroe? Padahal ibu tidak melakukannya. Tapi ibu bisa apa? Ibu hanya bisa mendoakan agar kau segera sadar dan bisa mengajarkan hal yang benar pada Cody. Tapi sayangnya kau pun termakan hasutan anakmu sendiri, yang akhirnya membuatmu mengirim ibu ke panti ini tanpa diskusi. Dan Cody memutuskan untuk tinggal di Jerman karena dia ingin menghindari pembahasan untuk masalah itu.

Camilla, hari ini ulang tahunmu, juga ulang tahun ibu. Pasti kau lupa. Ibu pun tak ingat kapan terakhir kau mencium tangan ibu dan mengucapkan selamat ulang tahun lalu kita meniup lilin berdua. Tapi ibu bersyukur, nak, di usiamu ke 55 tahun ini, kau tidak merasakan apa yang ibu rasakan saat seusiamu ini. Kau bahagia dengan limpahan harta, kau dipandang banyak orang. Dan memiliki seorang suami dan anak-anak yang sangat mencintaimu. Kau tidak perlu lagi mengingat masa sulitmu bersama ibu.  

Camilla, kau tak perlu datang ke panti untuk menemui ibu karena datangnya surat ini. Seseorang telah membelikan ibu rumah sederhana yang sangat nyaman. Tempat ini akan menjadi tempat terakhir sampai ibu menutup mata. Jangan paksa Kanina untuk memberitahukan dimana ibu saat ini. Biar ini menjadi rahasia kami berdua. Ibu memaafkanmu dan Cody. Sungguh, ibu sudah memaafkan kalian.

Sekali lagi, selamat ulang tahun, Camilla kecilku. -Ibu-

Air mata nyonya Camilla mengalir deras. Sesak dan perasaan berdosa tumpah seketika. Beberapa tahun ia menelantarkan orang tuanya. Bahkan ia tak ingin tahu keadaan ibunya. Tuan Amroe yang berdiri di depannya hanya bergeming, dia sudah tahu sesuatu telah terjadi. Tangannya mengeluarkan ponsel dari saku jasnya.

"Kanina, terima kasih. Surat dari nenek sudah dibacanya. Ibumu sepertinya akan menyadari kesalahannya pada nenekmu. Besok daddy akan ajak mom dan Cody ke sana, jangan beritahu nenek, ini kejutan untuknya. Sampaikan pula maaf pada nenek, malam ini tidak bisa ikut meniup lilin bersama kalian."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun